Menurut peneliti dan posting-an publik, tetorika kekerasan di platform media sosial termasuk Facebook telah meningkat dalam beberapa minggu sebelum aksi unjuk rasa ketika kelompok-kelompok berencana secara terbuka untuk pertemuan tersebut. Hal ini memicu kritik terhadap perusahaan karena gagal mengambil tindakan yang lebih agresif sebelumnya.
(Baca juga: Imbas Penyerangan Capitoll Hill, Tiga Anggota DPR AS Positif Covid-19)
Sandberg mengakui jika pihakya mungkin telah melewatkan beberapa postingan itu. Tetapi dia yakin acara tersebut sebagian besar diselenggarakan di platform lain.
Dia mengatakan saat ini perusahaan sedang mengawasi kemungkinan protes bersenjata lebih lanjut yang direncanakan digelar di Washington, DC dan semua 50 ibu kota negara bagian AS menjelang pelantikan Presiden terpilih Joe Biden pada 20 Januari.
Saat ditanya mengapa Facebook tidak mengambil tindakan serupa terhadap para pemimpin lain seperti Presiden Brasil Jair Bolsonaro dan Presiden Rodrigo Duterte di Filipina, yang juga dituduh menghasut kekerasan online, Sandberg mengatakan kebijakan perusahaan akan berlaku secara global.
(Susi Susanti)