WASHINGTON - Hillary Clinton menuduh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sedang menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin saat kerusuhan Capitol beberapa waktu lalu.
Hillary pun mengungkapkan dirinya akan senang jika dia diizinkan melihat riwayat dafatr telepon di telepon selular (ponsel) milik Trump.
Melalui percakapan dengan Ketua DPR Nancy Pelosi di podcastnya “You and Me Both”, Hillary mengatakan dia akan tertarik untuk mendapatkan catatan telepon Trump untuk melihat apakah dia sedang menelepon Putin saat Capitol dikepung.
Hillary yang kalah dari Trump dalam pemilu 2016, mengatakan mantan saingannya itu telah meremehkan demokrasi.
Dia mengklaim Trump memiliki agenda lain saat berada di Gedung Putih. Dia berharap suatu hari nanti akan menjadi jelas siapa yang “terikat” dengan Trump dan siapa yang “menarik ikatannya”.
(Baca juga: Frustasi Diblokir, Trump Singgung Twitter di Pidato Perpisahannya)
“Kami belajar banyak tentang sistem pemerintahan kami selama empat tahun terakhir dengan seorang presiden yang meremehkan demokrasi dan, seperti yang telah Anda katakan berkali-kali, memiliki agenda lain,” terangnya.
“Siapa mereka semua, kurasa kita belum tahu. Saya berharap secara historis kita akan menemukan kepada siapa dia terikat, siapa yang menarik senar. Saya ingin melihat catatan teleponnya untuk melihat apakah dia berbicara dengan Putin pada hari pemberontak menyerbu Capitol,” jelasnya.
(Baca juga: Pidato Perpisahan, Trump Panjatkan Doa Menyentuh untuk Biden)
“Tapi sekarang kita tahu jika bukan hanya dia, tapi pendukungnya, kaki tangannya, anggota kultusnya, memiliki pengabaian yang sama terhadap demokrasi,” ujar mantan Menteri Luar Negeri ini.
Follow Berita Okezone di Google News
Hillary pun bertanya kepada Pelosi apakah dia yakin komisi gaya 9/11 harus dibentuk untuk menyelidiki apa yang menyebabkan kerusuhan yang menyebabkan lima orang tewas pada 6 Januari lalu itu.
“ Saya tidak tahu apa yang dimiliki Putin secara politik, finansial, atau pribadi, tetapi apa yang terjadi pekan lalu adalah hadiah untuk Putin, karena Putin ingin merusak demokrasi di negara kami dan di seluruh dunia, “ jelas Pelosi.
“Dan orang-orang ini, tanpa sepengetahuan mereka, mungkin adalah boneka Putin. Mereka menjalankan bisnis Putin ketika mereka melakukan itu atas hasutan pemberontakan oleh presiden Amerika Serikat,” bebernya.
“Jadi ya, kami harus memiliki komisi 9/11 dan ada dukungan kuat di Kongres untuk melakukan itu,” tambahnya.
Percakapan keduanya pun menghebohkan dunia media sosial (medsos). Komentator konservatif Byron York pun me-retweet wawancara tersebut.
“Ada investigasi House. Investigasi Senat. Investigasi jaksa penuntut khusus dengan kekuatan penuh penegakan hukum. Pertanyaan media yang obsesif. Tidak ada yang menemukan apa yang ingin ditemukan Hillary Clinton. Jadi dia ingin yang lain,” tulisnya.
Pada 2019, laporan The Mueller dirilis. Ini adalah laporan resmi yang mendokumentasikan temuan penyelidikan atas upaya Rusia untuk mengganggu pemilihan presiden 2016, serta tuduhan konspirasi atau koordinasi antara kampanye kepresidenan Donald Trump dan Rusia, dan tuduhan menghalangi keadilan.
Dari laporan ini disimpulkan tidak ada cukup bukti jika kampanye Trump berkoordinasi atau bersekongkol dengan pemerintah Rusia dalam kegiatan”campur tangan” pemilu.
Hillary menilai kerusuhan Capitol awal bulan ini adalah “invasi” saat Kongres sedang melakukan pekerjaan Demokrasi dalam mensertifikasi pemilu 2020.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.