Di sisi lain, Epidemiolog Universitas Indonesia dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D mengingatkan
vaksin bukanlah solusi tunggal untuk mengatasi pandemi. Menurut dr. Pandu, tak perlu ada
persyaratan-persyaratan yang menghambat proses vaksinasi.
“Kata-kata layak dan tidak layak itu sangat mengganggu, kemudian tidak ada referensinya. Jangan buat persyaratanpersyaratan yang menghambat di lapangan,” tukas dia.
Dr. Pandu juga menjelaskan bahwa vaksin aman untuk lansia 60 tahun ke atas. Dari semua
tenaga kesehatan yang jadi prioritas, nakes paling berisiko adalah nakes 60 tahun ke atas.
Sinovac adalah salah satu vaksin yang disebutnya tidak memberikan batasan pemberian
berdasarkan usia.
”Vaksinasi ini bermanfaat untuk mencegah angka hospitalisasi dan menurunkan angka kematian. Negara yang memprioritaskan tenaga medis dan lansia 60 tahun ke atas, angka kematian pada usia tersebut yang tadinya 30 persen turun jadi 7 persen,” imbuhnya.
Dia juga kembali meminta pemerintah untuk tidak menyangkal dengan permasalahan yang
sangat besar. Saat ini, Indonesia berkejaran dengan makin meningkatnya penularan, serta
mutasi virus yang alamiah pasti terjadi. Untuk itu, dr. Pandu meminta pemerintah
memprioritaskan pandemi dibandingkan ekonomi, serta melibatkan masyarakat sebagai garda
terdepan.
”Kita harus benar-benar menangani pandemi dengan manajemen modern, yaitu dengan rencana. Sampai saat ini, indonesia belum punya perencanaan. Kita dorong pemerintah untuk membuat rencana. Tanpa perencanaan kita tidak tahu bagaimana. Jangan lagi mengulangi kesalahan lalu,” pungkasnya.
(Awaludin)