Abdul juga mengatakan, masyarakat yang mengungsi juga semakin banyak akibat berita hoaks yang beredar di sosial media.
“Apalagi pada saat itu ada pesan-pesan kesiapsiagaan sebenarnya bahwa masih ada potensi gempa susulan, masih ada potensi tsunami karena gempa susulan yang kemudian melahirkan banyaknya hoaks yang bergulir di sosial media termasuk grup WhatsApp dan lain-lain,” katanya.
Padahal, kata Abdul, pada saat itu semua pihak yang membantu dalam proses penanganan harus berpacu dengan tingginya eskalasi masyarakat yang mengungsi.
“Ini mempengaruhi sekali accelerasi dalam tanggap darurat, yang kita lakukan karena pengerahan sumber daya kita kemudian berpacu dengan eskalasi pengungsi yang kemudian terpengaruh oleh pemberitaan ini. Sehingga peningkatan jumlah pengungsi itu dari hari ke hari sangat luar biasa pesatnya,” tuturnya.
“Sehingga kita sangat penting untuk me-maping di mana sebenarnya titik-titik pengungsi, di mana titik rumah rusak, untuk mendapatkan gambaran secara secara umum tentang medan perang yang harus kita hadapi,” kata Abdul.
(Awaludin)