Terkait hal ini, sejumlah duta besar mendesak aparat keamanan untuk tidak menggunakan kekerasan saat menghadapi demonstran.
"Kami meminta pasukan keamanan untuk menahan diri dari menggunakan kekerasan terhadap demonstran, yang menentang perebutan kekuasaan dari pemerintah yang sah," tulis sebuah pernyataan yang ditandatangani oleh duta besar Uni Eropa, Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Kantor kedutaan besar AS di Yangon memperingatkan warga AS untuk tetap berada di dalam rumah selama jam malam.
Diketahui, kudeta di Myanmar menggulingkan pemerintahan sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi. Partainya meraih kemenangan dalam pemilihan pada November lalu, tetapi pihak militer mengatakan terjadi kecurangan dalam pemungutan suara itu.
Suu Kyi sekarang menjadi tahanan rumah. Ratusan aktivis dan pemimpin oposisi juga telah ditahan.
Di seluruh Myanmar, ratusan ribu demonstran melakukan unjuk rasa melawan militer selama sembilan hari berturut-turut.
Di kota Myitkyina, di negara bagian Kachin, tembakan terdengar saat pasukan keamanan bentrok dengan demonstran anti-kudeta. Tidak diketahui apakah yang ditembakkan adalah peluru karet atau peluru tajam.
Lima wartawan termasuk di antara orang-orang yang ditangkap.
Pada Sabtu (13/02), pihak militer mengatakan surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk tujuh pegiat oposisi terkemuka dan memperingatkan masyarakat untuk tidak menyembunyikan aktivis oposisi yang melarikan diri dari penangkapan.
Rekaman video menunjukkan orang-orang bereaksi dengan membangkang, memukul panci dan wajan untuk memperingatkan tetangga mereka tentang penggerebekan malam hari oleh pasukan keamanan.
Militer pada hari Sabtu juga menangguhkan undang-undang yang mewajibkan perintah pengadilan untuk menahan orang lebih dari 24 jam dan untuk menggeledah kediaman pribadi.
(Susi Susanti)