Beberapa luka serius lainnya juga dilaporkan. Keterangan saksi dan foto selongsong peluru menunjukkan bahwa aparat keamanan menggunakan peluru tajam, selain peluru karet, meriam air, dan ketapel.
Kematian baru ini dengan cepat menarik keras dari komunitas internasional, termasuk dari Inggris dan Singapura.
Kudeta pada 1 Februari yang menggulingkan Aung San Suu Kyi merupakan kemunduran besar bagi transisi Myanmar menuju demokrasi setelah 50 tahun pemerintahan militer yang dimulai dengan kudeta 1962. Suu Kyi berkuasa setelah partainya memenangkan pemilu 2015, tetapi para jenderal mempertahankan kekuasaan substansial di bawah konstitusi, yang diadopsi di bawah rezim militer.
(Rahman Asmardika)