Menurut Myanmar Now, seruan untuk menyerang banyak dikumandangkan menyusul protes besar-besaran pada Minggu (7/3) yang ditindas dengan kekerasan oleh militer.
Laporan tersebut mengatakan pasukan keamanan menembakkan peluru tajam dan peluru karet di kota-kota di seluruh negeri, termasuk Mandalay dan Nyaung-U - dekat dengan kota kuno dan situs Warisan Dunia UNESCO, Bagan.
Melalu video rekaman terlihat personel militer Myanmar memukuli seorang pria di jalan-jalan Mandalay, dan di Nyaung-U. Rekaman yang diperoleh Reuters menunjukkan pasukan keamanan dengan perlengkapan anti huru hara dengan perisai berbaris di jalan-jalan dan menembakkan peluru karet saat pengunjuk rasa berlindung.
Gambar yang bersumber dari media lokal menunjukkan peluru di tangan pengunjuk rasa yang digunakan untuk melawan mereka. Saksi mata mengatakan kepada CNN bahwa polisi juga memegang belati kecil, memaksa pengunjuk rasa untuk bubar.
Menurut kelompok pengawas AAPP, setidaknya 1.790 orang telah ditahan, ditangkap, didakwa atau dihukum oleh junta militer sejak mereka merebut kekuasaan.
AAPP mengatakan junta "dengan sengaja meneror penduduk dengan peluru tajam di Yangon."
"Setelah penumpasan brutal terhadap protes damai kemarin (Sabtu) oleh polisi dan militer, tindakan brutal berlanjut hingga malam, penggerebekan ke daerah pemukiman dan rumah, tembakan, dan penggeledahan dan penahanan yang melanggar hukum," kata AAPP.
Kekerasan mematikan terhadap pengunjuk rasa telah menarik ratusan ribu orang untuk bergabung dengan demonstrasi dan kampanye pembangkangan sipil di kota-kota di seluruh negeri. Beberapa dari mereka adalah anggota polisi, yang telah melanggar barisan untuk bergabung dengan pengunjuk rasa.
Pekan lalu, seorang pejabat di negara bagian Chin barat - yang berbatasan dengan India dan Bangladesh - meminta penahanan dan pemulangan delapan personel polisi yang mengungsi di negara bagian Mizoram, India.