Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Dinamit Meledak, Jumlah Korban Tewas Capai 98 Orang, 615 Korban Luka, Pemerintah Minta Bantuan Internasional

Susi Susanti , Jurnalis-Selasa, 09 Maret 2021 |08:49 WIB
Dinamit Meledak, Jumlah Korban Tewas Capai 98 Orang, 615 Korban Luka, Pemerintah Minta Bantuan Internasional
Ledakan dinamit menghancurkan banyak bangunan (Foto: EPA)
A
A
A

EQUATORIAL GUINEA Korban tewas dari serangkaian ledakan dinamit di Equatorial Guinea pada Minggu (7/3) meningkat menjadi 98 orang. Para pejabat setempat mengatakan 615 orang lainnya terluka, dengan 299 masih berada di rumah sakit.

Ledakan itu menghantam pangkalan militer di kota utama negara itu, Bata. Para pejabat menyalahkan dinamit yang disimpan dengan buruk bersama dengan pembakaran tunggul oleh petani di dekatnya.

Jumlah korban tewas semakin bertambah setelah sukarelawan mencari jenazah para korban, yang diperkirakan berjumlah lebih dari tiga kali lipat perkiraan awal 31 pada Senin (8/3).

Tiga anak kecil ditemukan masih hidup dan dibawa ke rumah sakit.

Melalui pernyataan, Presiden Teodoro Obiang Nguema mengatakan hampir semua bangunan dan rumah di kota mengalami "kerusakan besar”.

Presiden Obiang Nguema mengatakan ledakan itu disebabkan "oleh kelalaian satu unit yang bertugas menjaga dan melindungi simpanan dinamit dan bahan peledak" di pangkalan militer Nkoantoma.

(Baca juga: Kudeta Myanmar, PBB Serukan Bebaskan 200 Pengunjuk Rasa yang 'Terperangkap' di Blok Apartemen)

Dia mengatakan pangkalan itu "terbakar karena petani tetangga membersihkan lahan pertanian dengan membakarnya, yang menyebabkan ledakan". Presiden telah meminta bantuan internasional.

Dalam serangkaian tweet, kementerian kesehatan meminta tenaga kesehatan sukarela untuk pergi ke Rumah Sakit Daerah Bata dan untuk donor darah yang mendesak. Kementerian tersebut mengatakan tim kesehatan mental juga dikerahkan untuk membantu para korban.

TV pemerintah melaporkan beberapa rumah sakit kewalahan dengan jumlah pasien yang dirawat. Televisi ini menyiarkan gambar orang-orang terluka terbaring di lantai rumah sakit yang penuh sesak.

Video setelah ledakan menunjukkan pemandangan kacau dengan banyak orang melarikan diri saat asap melayang di atas area tersebut.

(Baca juga: Jelang Pemogokan Massal, Militer Myanmar Menduduki Rumah Sakit dan Kampus)

“Kami belum tidur sepanjang malam. Rumah-rumah terbakar sepanjang malam dan kami terus mendengar ledakan kecil,” terang seorang warga mengatakan kepada kantor berita AFP.

Warga lainnya menggambarkan bagaimana pamannya menemukan mayat lima anggota keluarganya yang terbakar.

Satu-satunya partai oposisi, CPDS, menggambarkan ledakan itu sebagai "bencana kemanusiaan terbesar dalam sejarah Guinea Ekuatorial". Mereka meminta Spanyol, Prancis, dan Amerika Serikat (AS) untuk mengirim bantuan, termasuk tim penyelamat, staf medis, dan obat-obatan.

Menteri Luar Negeri Spanyol Arancha Gonzalez mentweet pada Senin (8/3) jika Spanyol akan "melanjutkan dengan pengiriman segera pengiriman bantuan kemanusiaan".

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement