Presiden Indonesia Joko Widodo, dalam beberapa komentar terkuat yang pernah disampaikan oleh seorang pemimpin kawasan, mengatakan pada Jumat (19/3/2021) bahwa kekerasan harus segera dihentikan. Dia menyerukan pertemuan mendesak kelompok Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), di mana Myanmar menjadi anggotanya.
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mendukung seruan itu dengan mengatakan dia terkejut dengan penggunaan kekerasan mematikan yang terus-menerus terhadap warga sipil. Singapura juga telah menyatakan ketidaksetujuannya.
Tetapi militer tidak menunjukkan tanda-tanda akan terpengaruh dan telah mempertahankan tindakan pengambilalihannya, yang menggagalkan transisi lambat menuju demokrasi di negara yang berada di bawah pemerintahan militer yang ketat sejak kudeta tahun 1962 hingga para jenderal memulai reformasi satu dekade lalu.
Junta mengatakan pemilu 8 November yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi adalah sebuah kecurangan, sebuah tuduhan yang ditolak oleh komisi pemilihan. Para pemimpin militer telah menjanjikan pemilihan umum baru tetapi belum menetapkan tanggal.
Pemimpin kudeta Jenderal Min Aung Hlaing pada Sabtu mengunjungi pulau-pulau Coco, sekitar 400 km selatan Yangon, dan menjelaskan kepada perwira militer dan perawat mengapa dia merebut kekuasaan, lapor media negara.
Pulau-pulau tersebut berada di dekat beberapa rute pelayaran terpenting di dunia, di perairan tempat China dan India berusaha memproyeksikan kekuatan mereka. Tak satu pun dari dua raksasa Asia itu yang berbicara keras menentang kudeta dan kekerasan.
Suu Kyi, (75 tahun), menghadapi tuduhan penyuapan dan kejahatan lain yang membuatnya dilarang dari berpolitik dan dipenjara jika terbukti bersalah. Pengacaranya mengatakan tuduhan itu dibuat-buat.
(Rahman Asmardika)