JAKARTA – Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam (subsunk) Sabtu , 24 April 2021. Hadi juga menyatakan 53 awak kapal selam KRI Nanggala-402 gugur dalam tugasnya.
(Baca juga: Penjelasan TNI AL soal KRI Nanggala 402 Kelebihan Muatan saat Tenggelam)
Peristiwa ini mengingatkan kepada kejadian kapal selam milik Angkatan Laut Argentina yakni ARA San Juan yang hilang di Samudera Atlantik bersama 44 kru di dalamnya.
Bangkai kapal selam bermesin diesel itu baru ditemukan setelah satu tahun lebih satu hari dengan jejak ledakan padanya. Kapal selam itu tergolek di lantai laut, di kedalaman sekitar 800 meter--kisaran kedalaman yang sama dengan laut lokasi temuan awal sejumlah benda yang diyakini dari KRI Nanggala-402 di perairan Bali yaitu 838 meter.
(Baca juga: Beratnya Seleksi Awak KRI Nanggala 402, Bertahan Hidup di Hutan hingga Disiksa di Kamp Tahanan)
Asrena KASAL Laksamana Muda Muhammad Ali mengatakan, pihaknya mempunyai beberapa skenario untuk mengevakuasi dan mengangkat KRI Nanggala 402 dari laut Bali.
“Pengangkatan metode bermacam-macam, tergantung dari kedalam posisi kapal ini sangat mempengaruhi tingkat kesulitan kapal tersebut,”ujar Muhammad Ali, Selasa (27/4/2021).
Dia melanjutkan, metode yang akan digunakan untuk mengevakuasi KRI Nanggala 402 salah satunya dengan menggunakan balon udara.
“Mengangkat KRI Nanggala bisa dengan menusuknya, menggunakan balon udara, memakai selang yang dihubungkan tangki pemberat pokok sehingga air yang didalam kapal dibuang,”ujarnya.
“Rencana semuanya masih kita masih kita diskusikan. Karena ini lebih dalam dari kapal selam San Juan,”sambungnya.
Menurutnya, pengangkatan KRI Nanggala 402 juga bisa disamakan dengan operasi evakuasi kapal selam AL Rusia, Kursk, karena operasi pengangkatannya yang rumit dan menyedot biaya besar.
“Pengalaman Rusia mengangkat Kurks itu juga meminta bantuan dari luar. Itu sekelas Rusia,”tutup Ali.