PALESTINA - Menteri Luar Negeri Palestina Riad Al-Malki mengatakan gencatan senjata di Gaza akan memungkinkan 2 juta warga Palestina untuk tidur lebih tenang. Namun dia menegaskan hal ini tidak cukup sama sekali dan dunia sekarang harus mengatasi masalah sulit terkait masa depan Yerusalem dan mencapai negara Palestina yang merdeka.
Hal ini diungkapkan Al-Malki kepada wartawan di sela-sela pertemuan darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang konflik antara Israel dan penguasa militan Hamas di Gaza. Dia menjelaskan gencatan senjata Israel bagus, itu tidak membahas "masalah inti" yang memulai kekerasan.
Yakni Yerusalem. Seperti “penodaan" yang dilakukan tentara Israel dan pemukim masjid Al-Aqsa, situs tersuci ketiga Islam. Termasuk kebijakan Israel mengusir warga Palestina dari rumah mereka di lingkungan kota yang berbeda termasuk Sheikh Jarra.
Dia menjelaskan Israel merebut Yerusalem timur, bersama dengan Tepi Barat dan Gaza - wilayah yang diinginkan Palestina untuk negara masa depan mereka - dalam perang Timur Tengah 1967. Israel mencaplok Yerusalem timur dalam sebuah tindakan yang tidak diakui secara internasional dan memandang seluruh kota sebagai ibukotanya. Palestina memandang Yerusalem timur, yang mencakup situs-situs suci utama bagi orang Yahudi, Kristen, dan Muslim, sebagai ibu kota mereka, dan nasibnya terletak di jantung konflik Israel-Palestina yang telah memicu kekerasan serius di masa lalu.
(Baca juga: Gencatan Senjata Disepakati, Hamas Klaim Kemenangan Atas Israel)
Al-Malki menuduh Israel berniat untuk menghapus karakter multi-budaya, multi-agama di kota Yerusalem.
"Kami menentang itu, kami menolak itu, dan kami akan terus bekerja untuk mencegah hal itu terjadi,” terangnya.
Pertemuan Majelis Umum PBB itu pada Kamis (20/5) dimulai dengan pidato dari selusin menteri, hampir semuanya dari negara-negara Arab dan Muslim, dan diharapkan mendengar lebih dari 100 pembicara.
(Baca juga: Hamas Akan Tetap Waspada Setelah Gencatan Senjata)