YERUSALEM - Randa Aweis, 58, menunggu sembilan tahun untuk donasi organ yang akan mengubah hidupnya. Seorang Kristen Arab, lahir di Kota Tua Yerusalem, dia mengandalkan sesi dialisis rutin karena gagal ginjal.
Kemudian dia mendapatkan kabar bahagia. Donor ginjal tersedia. Aweis menjalani operasi pada Senin (24/5) di Rumah Sakit Universitas Hadassah yang terkenal di Yerusalem, Ein Kerem.
Ketika dia menjalani anestesi, dia tidak tahu siapa pendonornya.
Setelah tersadar, dia baru mengetahui jika ginjal itu milik Yigal Yehoshua, seorang pria Yahudi Israel yang tewas dalam gelombang kekerasan antara orang Yahudi dan Arab di kota Lod, Israel.
"Saya berkata, 'Apa? Bagaimana bisa? Bagaimana saya mendapatkan ginjalnya?'" Aweis mengatakan kepada CNN dari ranjang rumah sakitnya.
"Mereka mengatakan kepada saya bahwa saya mendapat hadiah. Itu adalah ginjal yang merupakan hadiah dari Yigal. Saya berkata, 'Bagus.' Saya tersentuh. Dalam perang, seorang Yahudi memberikan ginjal kepada seorang Arab,β lanjutnya.
Yehoshua, 56, diketahui terluka parah pada 11 Mei setelah diserang oleh sekelompok pemuda Arab Israel di Lod. Dia berjuang untuk hidupnya selama hampir seminggu sebelum meninggal pada Senin dan dimakamkan pada Selasa pekan lalu.
(Baca juga: 5 Fakta Kereta Gantung Jatuh, Tewaskan 14 Orang Termasuk 5 Warga Israel)
Saudara laki-laki Yehoshua, Efi, berbicara pada pemakamannya, mengatakan bahwa saudara laki-lakinya "percaya pada hidup berdampingan".
"Kamu bilang padaku itu tidak akan terjadi. Kamu percaya jika kamu menundukkan kepalamu semuanya akan baik-baik saja: 'Mereka tahu Yigal.' Dan hal terburuk terjadi, "katanya.
Dia terus berjaga di ranjang rumah sakit saudaranya selama enam hari.
"Aku menunggumu untuk bangun. Hari demi hari. Jari, lengan, kaki, kata. Kamu tidak pernah melakukan kesalahan. Kamu membayar dengan hidupmu. Kamu telah memberikan hidup kepada orang lain. Kamu akan diberkati," terangnya.
Bagi banyak orang di sini, ledakan kekerasan antara orang Arab Israel dan Yahudi yang telah hidup dalam komunitas campuran selama bertahun-tahun adalah salah satu hal yang paling mengejutkan dari konflik antara Israel dan militan Palestina.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengutuk serangan itu sebagai "tidak dapat diterima," mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Tidak ada yang membenarkan hukuman mati terhadap orang Yahudi oleh orang Arab dan tidak ada yang membenarkan hukuman mati terhadap orang Arab oleh orang Yahudi."