SERAWAK - Malaysia mengatakan pesawat-pesawat China melakukan aktivitas "mencurigakan", termasuk pesawat angkut strategis Xian Y-20-20.
Malaysia akan memanggil duta besar China setelah 16 pesawat militer China terbang di atas perairan yang disengketakan di negara bagian Sarawak.
Jet-jet tempur dikerahkan guna mencegat pesawat angkut pada Senin (31/5/2021), setelah mendeteksi aktivitas "mencurigakan" di atas Laut China Selatan.
Kementerian luar negeri Malaysia menggambarkan manuver itu, sebagai ancaman serius terhadap kedaulatan nasional.
Namun China mengatakan pesawatnya telah mematuhi hukum internasional. Malaysia, Filipina, Brunei, Taiwan dan Vietnam menolak klaim China atas hampir seluruh Laut China Selatan.
Baca Juga: Tidak Takut China, Malaysia Pertahankan Klaim Wilayahnya di Laut China Selatan
Perselisihan ini menimbulkan kegaduhan selama beberapa dekade, namun ketegangan meningkat beberapa tahun terakhir.
Beijing terus mengeklaim wilayah yang dikenal sebagai "sembilan garis putus-putus" dan mendukung klaimnya dengan pembangunan pulau dan menggelar patroli, memperluas kehadiran militernya, sambil mempertahankan klaimnya secara damai.
Menurut Angkatan Udara Malaysia, pesawat China "terbang dalam formasi taktis" hingga ketinggian 8,2 kilometer dan berada dalam jarak 110 kilometer dari Sarawak, negara bagian Malaysia di Pulau Kalimantan.
Upaya menghubungi mereka tidak diindahkan, kata sebuah pernyataan. Jet-jet tempur Malaysia kemudian diterbangkan dari Pangkalan Udara Labuan guna melakukan "identifikasi visual".
Menteri Luar Negeri Malaysia, Hishammuddin Hussein, mengatakan pesawat-pesawat itu telah memasuki "zona maritim" negara itu dan mereka akan mengajukan komplain ke Beijing.
Dia mengatakan duta besar China dipanggil untuk menjelaskan pelanggaran wilayah udara dan kedaulatan Malaysia.
"Sikap Malaysia jelas, meski memiliki hubungan diplomatik yang bersahabat dengan negara manapun, tidak berarti kami akan berkompromi dengan keamanan nasional kami," katanya dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan dari Kedutaan China di Kuala Lumpur mengecilkan insiden itu, dengan mengatakan bahwa pesawat militer China menikmati kebebasan terbang di wilayah udara yang relevan.
"Selama pelatihan ini, pesawat militer China secara ketat mematuhi hukum internasional yang relevan dan tidak memasuki wilayah udara teritorial negara lain," kata Juru Bicara Kedutaan China di Kuala Lumpur.
"China dan Malaysia adalah tetangga yang bersahabat, dan China bersedia melanjutkan konsultasi persahabatan bilateral dengan Malaysia untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas regional," tambahnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Laut China Selatan menjadi titik nyala antara China dan negara-negara lain di kawasan yang mengklaim kedaulatan atas dua gugus pulau yang sebagian besar tidak berpenghuni, Paracel dan Spratly.
China mengeklaim sebagian terbesar dari wilayah itu, dengan mengatakan bahwa hak mereka atas wilayah tersebut sudah ada sejak berabad-abad silam.
Pada Maret lalu, Filipina mengajukan komplain kepada China, dengan mengatakan lebih dari 200 kapal penangkap ikan China melanggar batas perairan teritorialnya.
Filipina mengatakan kapal-kapal itu tampaknya tidak sedang menangkap ikan dan diawaki oleh milisi maritim China. Pemerintah di Beijing mengabaikan sebagian besar protes tersebut.
(Sazili Mustofa)