Bersamaan dengan sikap itu, Bennett ingin menguatkan kekuasaan Israel di Tepi Barat—wilayah yang dia rujuk dengan nama Yudea dan Samaria—dengan menganeksasi sebagian besar kawasan tersebut.
Bennett juga berpandangan keras saat berurusan dengan ancaman dari kelompok Palestina.
Pada 2013 dia mengatakan orang Palestina "teroris seharusnya dibunuh, bukan dibebaskan".
Padahal hukuman mati tidak diterapkan di Israel, kecuali saat mengeksekusi Adolf Eichmann—perancang Holokos yang divonis bersalah pada 1961 dan digantung setahun berikutnya.
Dia menolak gencatan senjata dengan para pemimpin Hamas di Gaza, yang justru membuat pertikaian bereskalasi pada 2018. Dia juga menuding kelompok Hamas membunuh puluhan warga Palestina sendiri, yang tewas akibat serangan udara Israel guna merespons tembakan roket dari Gaza saat pertikaian pada Mei 2021.
Slogan-slogan mengenai rasa bangga sebagai orang Yahudi dan kemandirian bangsa adalah jargon yang kerap disuarakan Bennet.
Pria yang memakai kippah—atribut agama Yahudi di bagian kepala kaum pria—ini memarodikan surat kabar New York Times dan harian sayap kiri Israel, Haaretz, karena kedua media itu mengkritik tindakan-tindakan Israel.
Dalam sebuah video di media sosial, dia menyamar sebagai seorang hipster dan berulang kali mengucapkan "maaf". Adegan selanjutnya, dia mengungkap penyamarannya dan berkata: "Mulai hari ini kita berhenti meminta maaf".
(Rahman Asmardika)