Pada puncak pandemi Covid, keluarga-keluarga di wilayah utara dan timur India terpaksa membuang jenazah keluarga tercinta mereka ke sungai atau menguburkannya di pemakaman dangkal di tepi-tepi sungai, karena tidak mampu membiayai prosesi kremasi.
Pada bulan Juni 2021, seorang editor surat kabar Bhaskar menulis artikel opini di media terkemuka Amerika Serikat (AS), New York Times yang menyebut jenazah-jenazah di Sungai Gangga menjadi simbol 'kegagalan dan penipuan' pemerintahan Perdana Menteri (PM) Narendra Modi.
Pemimpin redaksi televisi Bharat Samachar, Brijesh Mishra, menegaskan dalam pernyataannya bahwa penggerebekan itu merupakan pelecehan terhadap media.
"Kami tidak takut dengan penggerebekan ini, kami berdiri di atas kebenaran dan 240 juta warga Uttar Pradesh," tegasnya.
Pemerintahan Modi telah sejak lama dituduh berupaya menekan laporan media yang kritis. Tuduhan ini telah dibantah. Indeks kebebasan pers pada Reporter Without Borders tahun 2021 menunjukkan India menempati peringkat 142 dari 180 negara.
Dalam tanggapannya, Kepala Menteri Rajasthan, Ashok Gehlot, menyebut penggerebekan itu sebagai upaya terang-terangan untuk menekan media.
"Pemerintahan Modi tidak bisa mentoleransi sedikitnya kritikan," ujar Gehlot, yang berasal dari Partai Kongres yang merupakan oposisi pemerintahan Modi.
Kepala Menteri New Delhi, Arvind Kejriwal, secara terpisah menyebut penggerebekan itu sebagai 'upaya untuk menakut-nakuti media'.
(Sazili Mustofa)