Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Soekarno, Anak Guru yang Tertarik Berpolitik hingga Jadi Presiden

Tim Okezone , Jurnalis-Rabu, 18 Agustus 2021 |07:31 WIB
 Soekarno, Anak Guru yang Tertarik Berpolitik hingga Jadi Presiden
Presiden Soekarno (Foto: Istimewa)
A
A
A

Ia membacakan pledoi yang monumental, Indonesia Menggugat, pada 1 Desember 1930, yang membuat popularitasnya terus menanjak. Terhadap Belanda, ia mengambil langkah nonkooperatif, berbeda dengan nasionalis seperti Dr. Soetomo. Namun pada zaman Jepang, ia menempuh strategi kooperatif, berbeda dengan kaum nasionalis yang tidak mau bekerjasama, seperti Sjahrir. Tampak bahwa Soekarno tergiur kampanye anti-imperialisme Barat yang didengung-dengungkan Jepang, sehingga ia mau bekerjasama.

Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, karir politik Soekarno melejit. Ia memiliki reputasinya sebagai sosok yang peduli terhadap persatuan bangsa (sikap ini konsisten dipegangnya, bahkan ketika ia harus menebusnya dengan lengser dari kekuasaan pada tahun 1967). Karena itu, para pemuda mendesaknya untuk memproklamasikan kemerdekaan, bersama Mohammad Hatta. Ia juga mengagas dasar negara yang kini dikenal sebagai Pancasila. Komitmen Soekarno terhadap persatuan bangsa mendapat tantangan berat pada tahun 1950-an. Banyak pihak yang tidak puas dan melahirkan berbagai gerakan separatisme.

Situasi itu semakin sulit ketika ia sendiri mulai menampakkan perubahan karaktek kepemimpinannya. Mundurnya Hatta sebagai Wakil Presiden, membuat pamornya agak meredup. Ia berusaha mengembalikan pamor itu dengan cara-cara yang berbau kediktatoran. Demokrasi Terpimpin dinilai merupakan eufemisme dari absolutisme kekuasaan, yang kemudian dipertegas dengan pengangkatannya sebagai Presiden Seumur Hidup.

Persatuan bangsa yang sublim sebagaimana digagas dalam konsep Nasakom, ternyata rapuh. Tapi Soekarno sepertinya enggan mengakui realitas. Ia menciptakan beberapa bias dengan mengalihkan perhatian publik kepada isu-isu neo-kolonialisme dan neo-imperialisme. Popularitasnya memang sedikit meningkat setelah perebutan kembali Irian Barat, yang didukung sepenuhnya oleh tentara. Namun dalam kampanye berikutnya (Ganjang Malaysia), tentara tidak sepenuhnya mendukung. Kampanye ini akhirnya hanya merupakan slogan.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement