AFGHANISTAN - Di lembah-lembah terpencil di provinsi Kunar Afghanistan dan di forum-forum obrolan online para jihadis, ada kegembiraan atas apa yang dipandang para pendukung al-Qaeda sebagai "kemenangan bersejarah" oleh Taliban.
Kepergian memalukan pasukan yang memiliki kekuatan besar saat mengusir Taliban dan al-Qaeda 20 tahun silam telah menjadi dorongan moral besar-besaran bagi para jihadis anti-Barat di seluruh dunia.
Tempat-tempat persembunyian potensial mereka yang saat ini menjadi terbuka di sebuah negara yang belum sepenuhnya terkontrol, merupakan hadiah menggiurkan, terutama bagi kelompok militan yang menyebut sebagai Negara Islam (IS), yang ingin menemukan pangkalan baru setelah kekalahan kekhalifahan yang mereka deklarasikan di Irak dan Suriah.
Para jenderal dan politisi negara-negara Barat memperingatkan bahwa kembalinya al-Qaeda ke Afghanistan, dengan segala kekuatannya, adalah "tidak terelakkan".
(Baca juga: Taliban Serukan Persatuan, Warga Lakukan Aksi Protes Anti-Taliban)
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson, berbicara setelah sidang kabinet darurat, memperingatkan bahwa negara-negara Barat perlu bersatu guna mencegah Afghanistan kembali menjadi tempat berlindung bagi kelompok teroris internasional.
Pada hari Senin (16/08), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk "menggunakan semua perangkat yang ada guna menekan ancaman teroris global di Afghanistan".
Tapi apakah kembalinya Taliban secara otomatis dapat diterjemahkan sebagai kembalinya pangkalan al-Qaeda dan platform berikutnya untuk serangan teror transnasional yang menargetkan negara-negara Barat, dan negara-negara lainnya? Belum tentu tidak.
(Baca juga: Dokumen PBB Sebut Taliban Buru Para Kolaborator Pasukan AS di Afghanistan)