Tapi diplomasi teguh Gandhi adalah alasan kerusuhan masa lalu itu, sekarang dilupakan. Dia menghilangkan momok mayoritarianisme, memastikan bahwa kerusuhan tidak melukai Bombay secara permanen.
Di sinilah letak beberapa pelajaran untuk hari ini.
Kekerasan komunal, seperti yang ditunjukkan oleh Kerusuhan Pangeran Wales, sebagian besar merupakan konstruksi politik.
Ini bukan produk dari perbedaan agama kuno yang tidak dapat dijembatani. Pada tahun 1921, suasana politik mendorong umat Hindu dan Muslim untuk berjuang bersama melawan komunitas lain. Hanya beberapa tahun kemudian, setelah runtuhnya aliansi Kongres-Khilafat, umat Hindu dan Muslim terlibat dalam pertempuran yang lebih berdarah satu sama lain.
Ada pelajaran lainnya, bahwa mayoritarianisme adalah hal yang berubah-ubah dan berat. Kalkulus yang mendasarinya dapat bergeser dan terfragmentasi dengan cara yang tidak terduga, seperti yang terjadi di jalan-jalan Bombay pada tahun 1920-an.
Mungkin itu sebabnya Gandhi berusaha keras untuk menolak mayoritasisme, alih-alih menekankan toleransi bahkan terhadap minoritas terkecil sekalipun.
Seratus tahun yang lalu, dia mengeluarkan peringatan: jika mayoritas bersatu hari ini untuk menindas yang lain, maka besok persatuan akan pecah di bawah tekanan asmara atau religiositas palsu.
(Susi Susanti)