Bukan hanya itu, Sukarno disebut meniru HOS Tjokroaminoto dalam berpenampilan. Salah satu yang Soekarno tiru ialah mengenakan kopiah seperti Tjokroaminoto. Padahal, sebelumnya Soekarno gemar mengenakan blangkon. Setelah itu, kopiah tak lagi menjadi identitas kalangan santri tapi sudah menjadi pakaian nasional.
Sepanjang perjalanan hidup Tjokroaminoto , ia bersentuhan langsung dengan perkembangan Sarekat Islam. Sejak usia 22 tahun Tjokroaminoto sudah aktif dalam organisasi tersebut. Pada 1912, atas saran Cokroaminoto, Haji Samanhoedi mengubah nama Sarekat Dagang Islam (SDI) menjadi Sarekat Islam (SI).
Tak sampai disitu, HOS Tjokroaminoto juga mencetuskan pendirian cabang-cabang SI di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Puncaknya pada 13 Januari 1913, Tjokroaminoto memimpin rapat besar anggota organisasi tersebut di Surabaya yang dihadiri 80 ribu orang, Selang dua bulan setelah itu, pada 25 Maret 1913 di Surakarta, Cokroaminoto ditunjuk menjadi wakil Ketua CSI (Centraal Sarekat Islam) mendampingi Hadji Samanhoedi sebagai Ketua CSI yang berpusat di Solo.