Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, ada pantangan yang tak boleh dilanggar saat mengunjungi Candi Bajang Ratu. Yakni larangan melintas tepat dari arah depan candi hingga ke belakang.
Konon, para pejabat yang datang ke lokasi tersebut, diminta untuk memutar melewati sisi kiri atau kanan bangunan candi. Jika pantangan itu dilanggar, maka kursi jabatan yang diembannya akan bergeser. Bahkan hingga pejabat tersebut tak lama akan kehilangan jabatannya tersebut.
Mitos itu pernah dibuktikan oleh Thomas Stamford Raffles ketika menjabat Letnan Gubernur Inggris di Tanah Jawa tahun 1811. Waktu itu, ia datang ke Trowulan. Saat di Bajang Ratu, Raffles melintasi pintu candi untuk melihat bagian belakang gapura. Ia sempat diingatkan oleh warga pribumi diminta agar memutar.
Ketika itu, pribumi tersebut menceritakan kepada Raffles tentang mitos Candi Bajang Ratu yang melekat masyarakat setempat. Termasuk bercerita soal 'raja gagal' Majapahit Jayanegara yang tewas ditikam tabib istana Ra Tanca. Kisah Jayanegara disebut-sebut menjadi alasan yang mendasari pembuatan candi Bajang Ratu.
Keberadaan gapura paduraksa Bajang Ratu, diduga sisa dari kompleks Srenggapura. Sementara menurut Kitab Nagarakretagama ia dimakamkan di dalam pura berlambang arca Wisnuparama. Jayanegara juga dicandikan di Silapetak dan Bubat sebagai Wisnu, serta di Sukalila sebagai Buddha jelmaan Amoghasiddhi.