SEJAK zaman dahulu, ada 35 Raja yang telah memimpin kerajaan Sumenep Madura. Berbeda pada saat ini, Sumenep dipimpin oleh seorang bupati dan terhitung ada 17 Bupati yang telah memerintah Kabupaten Sumenep.
(Baca juga: Dewi Kian Baca Alquran, Anak di Kandungannya Langsung Bergerak-gerak)
Salah satunya adalah Pangeran Jokotole, raja Sumenep yang ke 13 selama 45 tahun (1415-1460). Ia memiliki seorang adik yang bernama Jokowedi. Mereka lahir dari Raden Ayu Potre Koneng, cicit dari Pangeran Bukabu sebagai hasil dari perkawinan batin (melalui mimpi) dengan Adipoday (Raja Sumenep ke 12).
Banyak orang yang tidak percaya terhadap perkawinan batin dan menganggap itu adalah kehamilan di luar nikah. Hal itu, menimbulkan kemarahan kedua orang tuanya, sampai akan dihukum mati. Sejak kehamilannya, banyak terjadi hal-hal yang aneh di luar dugaan.
Oleh karena itu, kelahiran bayi RA Potre Koneng diletakkan di hutan oleh dayangya. Kemudian ditemukan oleh Empu Kelleng dan diberi susu kerbau miliknya.
Pada usia 6 tahun, Jokotole mulai memperlihatkan kesaktiannya. Salah satunya membuat alat-alat perkakas dengan tanpa bantuan alat apapun. Ia juga membantu para pekerja pandai besi yang kelelahan dan sakit akibat kepanasan termasuk ayah angkatnya dalam pengelasan membuat pintu gerbang raksasa atas pehendak Brawijaya VII. Ia membakar dirinya dan kemudian menjadi arang jadilah cairan putih yang keluar lewat pusarnya.
Cairan putih tersebut berguna untuk keperluan pengelasan pintu raksasa. Akhirnya, ia diberi hadiah emas dan uang logam seberat badannya an mengabdi di kerajaan Majapahit untuk beberapa lama.
Banyak kesuksesan yang ia raih selama mengabdi di kerajaan Majapahit sekaligus menjadi mantu dari Patih Muda Majapahit. Setibanya dari Sumenep, ia bersama istrinya bernama Dewi Ratnadi bertemu dengan ibunya RA Potre Koneng dan kemudian dilantik menjadi Raja Sumenep dengan Gelar Pangeran Secodiningrat III.