Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Biden Perintahkan Separuh Aset Afghanistan yang Dibekukan untuk Kompensasi Korban 9/11

Agregasi VOA , Jurnalis-Senin, 14 Februari 2022 |10:01 WIB
Biden Perintahkan Separuh Aset Afghanistan yang Dibekukan untuk Kompensasi Korban 9/11
Foto: Reuters.
A
A
A

WASHINGTON - Taliban dan keluarga korban 9/11 mengutuk langkah pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk membagi USD7 miliar aset bank sentral Afghanistan yang selama ini dibekukan, mencadangkan setengah dari jumlah itu untuk keluarga korban serangan teror 11 September 2001. Pengadilan Amerika sedang mempertimbangkan klaim kompensasi bagi mereka.

BACA JUGA:Cegah Digunakan Taliban, AS Bekukan Rp142 Triliun Aset Negara Afghanistan

Warga Afghanistan yang putus asa antre untuk mendapat roti gratis sementara krisis kemanusiaan di negara itu memburuk sejak Taliban mengambilalih kekuasaan pada Agustus tahun lalu. Negara-negara Barat membekukan bantuan internasional dan akses Afghanistan ke aset yang disimpan di luar negeri.

Seorang ibu rumah tangga di Afghanistan Muhajira Amanallah mengungkapkan, "Situasi kami sudah buruk seperti ini selama hampir satu atau dua tahun. Sebelum ini, mudah bagi saya mendapatkan roti dan air."

Presiden Joe Biden Kamis (10/2/2022) menandatangani perintah eksekutif yang mengizinkan setengah dari USD7 miliar aset-aset bank sentral Afghanistan yang dibekukan, disisihkan untuk kelak digunakan sebagai bantuan kemanusiaan di negara itu. Sisanya, USD3,5 miliar, ditahan sementara pengadilan Amerika mempertimbangkan klaim kompensasi finansial oleh keluarga korban serangan 11 September, 9/11. Dasar keputusan, Taliban yang berkuasa di Afghanistan ketika serangan 9/11 terjadi, menolak menyerahkan Osama bin Laden, dalang serangan itu. 

Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan kepada VOA bahwa seorang hakim telah memerintahkan agar dana-dana itu dibekukan supaya penggugat dapat mendengar kasus mereka.

Jacob Kurtzer, direktur Agenda Kemanusiaan di Pusat Studi Strategis dan Internasional mengatakan bahwa langkah tersebut bisa mengirimkan pesan yang salah kepada rakyat Afghanistan.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement