PERISTIWA Merah Putih di Manado merupakan peristiwa penyerbuan markas militer Belanda yang berada di Teling, Manado pada tanggal 14 Februari 1946 atau tepat 76 tahun silam. Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946, adalah fakta sejarah yang paling sering dilupakan dan dikecilkan.
(Baca juga: Mengenang Peristiwa Patriotik Merah Putih 14 Februari 1946)
Pertempuran heroik ini melibatkan berbagai kelompok di Sulawesi Utara, seperti kalangan pribumi, barisan pejuang, dan laskar rakyat berusaha merebut kembali kekuasaan atas Manado, Tomohon, dan Minahasa yang ditandai dengan pengibaran bendera merah putih di atas gedung tangsi militer Belanda.
Peristiwa tersebut merupakan bentuk perlawanan rakyat Sulawesi Utara untuk mempertahankan kemerdekaannya serta menolak atas provokasi tentara Belanda yang menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 hanya untuk Pulau Sumatera dan Jawa semata.
(Baca juga: Kisah Heroik Jenderal Kopassus Habisi Jagal Poso di Hutan Gunung Biru)
Saat itu, tentara sekutu sebagai pemenang perang dunia ke 2, datang ke Sulawesi Utara bersama dengan Netherlands Indies Civil Administration (NICA) atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda. Kedatangan mereka bermaksud untuk merebut kembali daerah kekuasaan Belanda di Sulut setelah dikuasai oleh Jepang.
Untuk mengenang peristiwa itu, Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani menghadiri upacara Peringatan 76 Tahun Peristiwa Heroik Merah Putih 14 Februari 1946 , di Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Utama Kalibata, Jakarta Selatan.
Dikatakan Benny, perang pada zaman dahulu menggunakan darah dan air mata, sedangkan di zaman kemajuan teknologi informasi, perang dengan senjata telah berevolusi menjadi perang ideologis yang disebarkan melalui media yang tidak bertanggung jawab.
"Sekali kita lengah, maka Ideologi Pancasila kita akan direnggut, diganti dengan ideologis sampah yang egoistis, ideologi yang menimbulkan rasa benar sendiri, mematikan toleransi, dan membunuh Bangsa kita Indonesia, secara pelan-pelan dari dalam," kata dia.
Benny melanjutkan, saat ini kita menikmati hidup di zaman merdeka. Semua ini berkat darah dan air mata para pahlawan yang berbeda suku, agama, etnis dan budaya. “Ingat kata-kata Soekarno. Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah, Jasmerah!” tuturnya.