Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Rusia Terus Tembaki dan Kepung Mariupol, Evakuasi Warga Ukraina Jadi Kacau

Susi Susanti , Jurnalis-Minggu, 06 Maret 2022 |10:24 WIB
Rusia Terus Tembaki dan Kepung Mariupol, Evakuasi Warga Ukraina Jadi Kacau
Kota Mariupol dikepung dan ditembaki, evakuasi warga Ukraina menjadi kacau (Foto: AP)
A
A
A

MARIUPOL - Pasukan Rusia terus menembaki Kota Mariupol di Ukraina pada Sabtu (5/3), meskipun telah menyetujui gencatan senjata hanya beberapa jam sebelumnya. Situasi ini membuat upaya evakuasi massal warga sipil berlangsung chaos atau kacau.

Wakil walikota Mariupol, Serhiy Orlov, mengkonfirmasi kepada BBC bahwa gencatan senjata tidak bisa dilakukan di tengah pemboman Rusia.

"Rusia terus mengebom kami dan menggunakan artileri. Ini gila," kata Orlov.

"Tidak ada gencatan senjata di Mariupol dan tidak ada gencatan senjata di sepanjang rute. Warga sipil kami siap untuk melarikan diri tetapi mereka tidak dapat melarikan diri di bawah tembakan,” ujarnya.

Baca juga: Rusia Terus Gempur Kota Ukraina, Ledakan Terdengar di Kiev, Mariupol Dikepung

Ribuan warga sipil bersiap pada Jumat (4/3) pagi untuk mengungsi dari Mariupol, di tenggara Ukraina, dan kota kecil Volnovakha di utara.

 Baca juga: Rusia Umumkan Gencatan Senjata di 2 Kota Ukraina, Buka Koridor Kemanusiaan

Orlov mengatakan hingga 9.000 orang awalnya diperkirakan mencoba melarikan diri dari Mariupol dengan bus dan kendaraan pribadi pada Sabtu (5/3). Dia menambahkan kereta api tidak dapat berjalan karena infrastruktur telah hancur.

"Saya sekarang di Mariupol, saya di jalan, saya dapat mendengar tembakan setiap tiga hingga lima menit," kata Alexander, seorang insinyur berusia 44 tahun dan penduduk kota itu.

Dia mengatakan koridor hijau yang dibuat untuk mengeluarkan orang tidak berfungsi.

"Saya bisa melihat mobil orang yang mencoba melarikan diri dan mereka kembali. Ini kekacauan,” lanjutnya.

Tiga jam setelah gencatan senjata seharusnya dimulai, pada pukul 09:00 (07:00 GMT), pihak berwenang Mariupol mengumumkan bahwa mereka telah menunda evakuasi massal yang direncanakan karena pemboman yang terus berlanjut.

"Kami meminta masyarakat di Mariupol untuk menuju tempat penampungan, akan ada informasi lebih lanjut tentang evakuasi secepatnya," kata sebuah pernyataan.

"Karena fakta bahwa pihak Rusia tidak berpegang teguh pada gencatan senjata dan terus menembak Mariupol sendiri dan daerah pinggiran, evakuasi telah ditunda,” lanjutnya.

Mariupol, sebuah kota pelabuhan berpenduduk sekitar 400.000 orang, merupakan target strategis utama bagi Rusia karena merebutnya akan memungkinkan pasukan separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur untuk bergabung dengan pasukan di Krimea, semenanjung selatan yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014.

Media pemerintah Rusia melaporkan Rusia belum mengomentari penembakan baru, tetapi kementerian pertahanannya mengatakan warga sipil tidak menggunakan rute pelarian dari Mariupol dan Volnovakha dan menuduh pihak berwenang Ukraina mencegah orang pergi.

Maxim, seorang pengembang IT berusia 27 tahun, mengirim video BBC dari gedung apartemen kakek-neneknya di Mariupol yang menunjukkan asap dari ledakan di dekat pusat kota dan dia mengatakan asap membubung dari jalan raya ke Zaporizhzhia - rute pelarian gencatan senjata yang direncanakan.

"Kami bisa mendengar rudal dan melihat asap keluar dari gedung-gedung di sekitar kami," ujarnya.

"Gedung apartemen kami penuh dengan orang sekarang karena semua orang melarikan diri dari penembakan ke pusat kota,” lanjutnya.

"Beberapa orang datang dari distrik tepi kiri dan mereka mengatakan itu adalah bencana total di sana dan ada mayat di jalan-jalan,” katanya.

Anggota keluarga dari mereka yang terjebak di kota mengatakan mereka takut orang yang mereka cintai tidak mendapatkan informasi terkini tentang apa yang terjadi.

"Saya berbicara dengan paman saya Dmitri kurang dari satu menit sebelum sambungan telepon terputus," kata Juliana Ivliova, 26.

“Mereka tidak tahu tentang evakuasi atau koridor hijau. Orang-orang yang mengetahuinya dan mencoba keluar disuruh berbalik dan kembali ke rumah mereka,” lanjutnya.

"Kota ini masih diserang. Saya hancur, saya seperti robot, saya benar-benar mati rasa. Ketika saya mendengar suara paman saya di telepon, saya hanya ingin menangis,” ujarnya.

Kate Romanova, seorang desainer berusia 27 tahun dari Mariupol, mengatakan orang tuanya terjebak di kota dan benar-benar terputus.

“Kami berbicara dengan mereka pada jam 8 pagi dan mereka tidak memiliki informasi tentang evakuasi. Mereka tinggal di pusat kota dan mereka mengatakan ada penembakan tanpa henti. Mereka bersembunyi di dalam gedung mereka,” terangnya.

"Seseorang memberi tahu saya bahwa ada pengeras suara di kota yang menyebarkan informasi tentang evakuasi tetapi orang-orang di sana tidak tahu apakah mereka dapat mempercayainya - mereka pikir itu mungkin informasi Rusia palsu,” lanjutnya.

Diana Berg, yang melarikan diri kota dengan mobil dengan suaminya pada hari Jumat meskipun penembakan berat, mengatakan mereka meninggalkan ibunya karena dia menolak untuk pergi.

"Kami menghabiskan tiga hari di bawah penembakan brutal tanpa henti dan kemudian kami memutuskan itu adalah bunuh diri di kota atau bunuh diri di jalan, dan kami memilih jalan," katanya.

"Sekarang kita penuh dengan rasa bersalah, kita seharusnya membawanya bersama kita. Semua orang ini terjebak. Bagaimana mereka mendapatkan informasi? Mereka benar-benar terputus,” lanjutnya.

Pejabat setempat sebelumnya mengatakan penduduk sangat membutuhkan makanan, air dan obat-obatan karena blokade Rusia.

Dalam sebuah pernyataan pada Jumat (5/3), Komunitas Internasional Palang Merah menyebut adegan di Mariupol dan kota-kota Ukraina lainnya "memilukan" dan mengatakan pihaknya terus berdialog dengan pihak-pihak terait tentang perjalanan aman warga sipil dari berbagai kota yang terkena dampak konflik.

Tentara Ukraina sejauh ini menguasai Mariupol, tetapi Rusia telah menggempur daerah pemukiman dengan serangan udara, membuat seluruh penduduk hidup tanpa air, listrik atau sanitasi selama empat hari.

Pengeboman udara Rusia yang meningkat di kota-kota Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran bahwa itu akan beralih ke taktik penghancuran dari udara setelah gagal membuat kemajuan signifikan di lapangan.

Di Volnovakha - kota penting lainnya yang terletak di jalan antara Mariupol dan Donetsk yang dikuasai Rusia - bentrokan hebat telah terjadi dan sebagian besar wilayah telah diratakan oleh pemboman Rusia.

Ada sekitar 25.000 orang di sana dan pengeboman telah menyebabkan 90% bangunan di sana dilaporkan hancur.

Di tempat lain, pertempuran berlanjut di utara dan timur negara itu, dengan beberapa kota dibombardir oleh tembakan Rusia.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement