RUSIA – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan mengirim pasukan Rusia ke Ukraina adalah keputusan yang sulit namun tanpa keraguan, sebelum akhirnya membuat invasi atau serangan tidak dapat dihindari.
Serangan itu diluncurkan pada 24 Februari atas perintah Putin. Mayoritas negara-negara Barat menganggapnya “tidak dapat dibenarkan” dan “melanggar hukum,” dan sejak itu memberlakukan sanksi keras terhadap Rusia.
“Saya mengatakan ini di awal operasi, dan saya membicarakannya sebelum keputusan ini dibuat. Keputusan yang sulit, tanpa keraguan,” jelasnya berbicara kepada perwakilan maskapai wanita di sebuah acara pada Sabtu (5/3).
Baca juga: Pidato Berapi-api, Presiden Ukraina Minta Rakyat Lawan Pasukan Rusia
Dia menjelaskan bahwa situasi di Ukraina telah lepas kendali menyusul apa yang dia sebut sebagai “kudeta inkonstitusional” pada 2014 yang dianggap didukung secara aktif oleh Barat.
Baca juga: Putin Sebut Sanksi Barat untuk Rusia Seperti Deklarasi Perang
“Mereka tidak menyembunyikan ini, dan secara terbuka mengatakan bahwa mereka telah menghabiskan USD5 miliar (Rp72 triliun) untuk itu,” tegasnya.
Putin menjelaskan kala itu pergantian rezim ditolak oleh beberapa bagian Ukraina. Sementara Krimea bersatu kembali dengan Rusia melalui referendum, para pembangkang di wilayah tenggara Donetsk dan Lugansk kemudian “menghadapi penganiayaan’.
Dia menjelaskan pemerintah Kiev telah menggelar operasi militer skala besar di Donbass. Setelah mereka gagal, perjanjian Minsk telah ditandatangani oleh kedua belah pihak, yang menetapkan peta jalan untuk keluar secara damai dari konflik.
Menurut Putin, Moskow telah mencoba melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mempertahankan integritas wilayah Ukraina dan, pada saat yang sama, melindungi kepentingan rakyat Donetsk dan Lugansk, tetapi Kiev telah memblokade Donbass, menindas rakyatnya, dan menembaki wilayah Donbass.
“Dengar, orang-orang di Donbass bukanlah anjing liar. Antara 13.000 dan 14.000 orang telah terbunuh selama bertahun-tahun. Lebih dari 500 anak tewas atau lumpuh. Dan yang sangat tidak bisa ditoleransi adalah apa yang disebut Barat yang 'beradab' memilih untuk tidak menyadarinya selama delapan tahun itu," lanjutnya.
Presiden menyebutkan beberapa masalah lain yang menurutnya sangat memprihatinkan bagi Rusia, termasuk kurangnya jaminan bahwa Ukraina tidak akan diterima di NATO. Dia telah mengutip alasan yang sama pada 24 Februari, sebelum meluncurkan apa yang disebut Kremlin sebagai “operasi militer khusus” terhadap Kiev.
Barat tetap tidak yakin dengan argumen ini dan telah menanggapi dengan sanksi keras terhadap Moskow. Beberapa negara bahkan memberlakukan sanksi secara pribadi ke Putin.
(Susi Susanti)