Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Heroik Kapten Markadi, Pemimpin Pertempuran Laut Pertama Indonesia

Fahmi Firdaus , Jurnalis-Sabtu, 12 Maret 2022 |08:16 WIB
Kisah Heroik Kapten Markadi, Pemimpin Pertempuran Laut Pertama Indonesia
Kapten Markadi. militerdefence/ist
A
A
A

PERTEMPURAN Selat Bali atau disebut juga sebagai operasi lintas laut Banyuwangi-Bali adalah pertempuran amfibi pertama yang meletus setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dan berlangsung pada 5 April 1946 di perairan Selat Bali.

(Baca juga: Anak Emas Jenderal Yani, Sarwo Edhie Malah Diragukan Pimpin Pasukan Baret Merah)

Pertempuran tersebut melibatkan dua belah pihak berlawanan antara pasukan Tentara Republik Indonesia (TRI) di bawah komando Kapten (Laut) Markadi Pudji Rahardjo melawan pasukan tentara Belanda, dan memberikan kemenangan telak bagi pihak Indonesia. Saat itu, pada 12 Maret 1946 atau tepat 76 tahun silam, tentara sekutu mendarat di Bali.

Nama Kapten Markadi mungkin tak sepopuler Komodor Yos Sudarso, Laksamana R.E. Martadinata atau Mayor John Lie di kalangan awam terkait para pahlawan ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia – sekarang TNI AL).

Untuk diketahui, Pasukan-M ALRI bisa dibilang merupakan bantuan yang sangat berarti dan bahkan jadi tulang punggung perlawanan Overste (Letnan Kolonel) I Gusti Ngurah Rai terhadap Belanda di Bali.

Latar belakang singkat hadirnya Pasukan-M di Bali, adalah atas inisiatif Markas Besar TRI (Tentara Republik Indonesia – sekarang TNI), terkait permintaan bantuan Ngurah Rai dalam menghadapi pendaratan besar-besaran sekutu dan Belanda di Bali, awal Maret 1946.

Di sinilah peran besar Kapten Markadi yang mengomandoi Pasukan-M. Merespons perintah Jenderal Oerip Soemohardjo, Kapten Markadi menyiapkan kematangan empat satuan Pasukan-M, yang terdiri dari tiga seksi tempur dan satu seksi intelijen.

(Baca juga: Bombardir Armada Laut Belanda Tak Menggetarkan Yos Sudarso Bertempur di Laut Aru)

Setelah merasa siap untuk melakukan operasi gabungan amfibi pertama pasukan Indonesia, pada awal April 1946, mereka pun berangkat untuk berusaha menyeberang dari Banyuwangi, sekaligus menerobos blokade kapal-kapal patroli Belanda.

Di sini juga terletak besarnya arti slogan TNI saat ini, “Baik-baik dengan rakyat…bersama rakyat, TNI kuat”. Pasalnya berkat sumbangan beberapa perahu nelayan setempat, mereka bisa menyeberang Selat Bali.

Namun perjalanan mereka bukan tanpa hambatan. Sebagaimana dikutip buku Pasukan-M, Menang Tak Dibilang, Gugur Tak Dikenang, rombongan penyeberangan Kapten Markadi dihadang dua kapal patroli Belanda berjenis LCM (Landing Craft Mechanized).

Pun begitu alam tengah berpihak pada Kapten Markadi. Saat itu tengah turun hujan dan membuat keadaan laut bergelombang. Ketika posisi perahu mereka sedikit terangkat gelombang dan LCM Belanda di bawah, Kapten Markadi memerintahkan anak-anak buahnya serentak melemparkan granat.

LCM Belanda itu luluhlantak akibat hantaman granat, kendati dua nyawa sipil yang ikut rombongan Kapten Markadi hilang pada insiden tersebut. Pun begitu, akhirnya Kapten Markadi mampu mendarat di Pantai Jembrana, Bali.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement