Tanggal 14 April 1950 bersiaplah Staf Brigade Mataram di halaman Markas untuk memberikan laporan, bahwa semua telah siap untuk berangkat. Lalu meninggalkan Yogya, meninggalkan keluarga masing-masing dengan penuh haru dan menyongsong nasib yang masih dipertanyakan, demi membela kemerdekaan yang sudah kita dapatkan bersama.
Dalam perjalanan, mulai dari Bedono terus sampai Semarang, terlihat bendera Belanda tiga warna, sebagai tanda di tempat-tempat itu masih terdapat KL dan KNIL yang sedang menunggu status lebih lanjut. Begitu suasana di tengah perjalanan. Insiden tidak terjadi. Kami pegang teguh disiplin.
Tanggal 17 April 1950 di Semarang Letkol. Sentot Iskandardinata, Kepala Staf pasukan ekspedisi itu, menyampaikan perintah operasi kepada Soeharto, yakni Brigade Mataram harus mendarat di Bontain.
Baca juga: Curhat Benny Moerdani, Tentara Terbaiknya Tidak Diberi Tempat dan Disingkirkan
"Kemudian saya harus menguasai kota. Markas Brigade tetap di Bontain. Kemudian saya harus mengirimkan satu batalyon ke Makassar. Begitu perintah pertama," tuturnya.
Keesokan harinya Kolonel Kawilarang disertai Kolonel Gatot Soebroto yang Soeharto dampingi memeriksa Batalyon Kresno dan Batalyon Seno. Ternyata kedua batalyon itu yang paling dulu siap di antara semua yang akan dikirimkan.
Baca juga: Kisah Soeharto Copot Benny Moerdani Sebagai Panglima ABRI
Setelah selesai persiapan, pada tanggal 19 April 1950 barang-barang anggota Brigade Mataram yang ikut serta dalam ekspedisi sudah ada di atas kapal “Waiwerang”. Keesokan harinya, tanggal 20 April seluruh staf dan anggota brigade telah naik ke atas kapal “Waiwerang” itu, siap melaksanakan operasi.
Tanggal 21 April, pukul 18.00 sore berangkatlah kami menuju sasaran, dengan kode operasi “Macan” dan sasaran kami disebut “Kelapa”.