Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Zelensky: Ukraina Tidak Akan Kompromi Integritas Teritorial dan Kedaulatan, Negosiasi Akhiri Perang Tetap Lanjut

Susi Susanti , Jurnalis-Senin, 21 Maret 2022 |05:51 WIB
Zelensky: Ukraina Tidak Akan Kompromi Integritas Teritorial dan Kedaulatan, Negosiasi Akhiri Perang Tetap Lanjut
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (Foto: AFP)
A
A
A

UKRAINA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pihaknya tidak akan berkompromi dalam hal “integritas teritorialnya”, tetapi bertekad untuk melanjutkan negosiasi dengan Rusia untuk mengakhiri perang.

Saat diminta Fareed Zakaria dari CNN untuk mengomentari tuntutan Moskow pada Minggu (20/3) terkait pengakuan Krimea sebagai bagian dari Rusia dan republik Donbass sebagai negara merdeka, Zelensky mengatakan ini adalah kompromi yang tidak dapat dilakukan sebagai negara merdeka.

“Kompromi apa pun yang terkait dengan integritas teritorial dan kedaulatan kami tidak dapat dilakukan,” terangnya.

“Anda tidak bisa begitu saja membuat Presiden negara lain mengakui apa pun dengan menggunakan kekuatan,” lanjutnya.

Baca juga:  Ukraina Beri Isyarat Kapan Putin dan Zelensky Akan Bertemu

Zelensky menekankan tanpa negosiasi, tidak mungkin untuk menyelesaikan konflik dan kegagalan untuk mencapai kesepakatan dapat menyebabkan perang dunia ketiga. Dia menegaskan kembali kesediaannya untuk mengadakan pembicaraan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

 Baca juga: Presiden Ukraina Minta Jerman Runtuhkan 'Tembok Rusia', Tembok Berlin Versi Baru

"Saya sudah siap selama dua tahun terakhir," ujarnya.

Sementara, dalam konsesi yang signifikan, dia mengakui pekan lalu bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO, dia menyarankan pada Minggu (20/3) bahwa jika blok itu ingin mengakui negaranya, itu harus terjadi "segera."

“Jika kita adalah anggota NATO, perang tidak akan dimulai. Saya ingin menerima jaminan keamanan untuk negara saya, untuk rakyat saya,” ujarnya.

Mengatasi tuduhan Putin bahwa ada neo-Nazi di pemerintahan Ukraina, Zelensky menggambarkan hal itu sebagai ‘menggelikan’.

“Tuduhan semacam itu menimbulkan banyak pertanyaan tentang tujuan Presiden Rusia dan apa lagi yang mampu dia lakukan demi ambisinya,” katanya.

Pada Sabtu (19/3), Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mendefinisikan tuntutan Rusia sebagai "sangat minim" dan menyarankan delegasi Ukraina "dipegang oleh tangan lain, kemungkinan besar oleh Amerika," yang katanya tidak mengizinkan Kiev untuk menyetujui permintaan Moskow.

Pada Minggu (20/3), setelah pembicaraan selama seminggu di ibu kota Rusia dan Ukraina, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan kedua pihak lebih dekat ke kesepakatan tentang masalah "kritis".

Pembantu Presiden Ukraina Mikhail Podolyak sebelumnya memperkirakan bahwa negosiasi tentang perjanjian damai mungkin memakan waktu dari beberapa hari hingga satu setengah minggu.

Diketahui Moskow melancarkan serangan di Ukraina pada akhir Februari, menyusul kebuntuan tujuh tahun atas kegagalan Kiev untuk menerapkan ketentuan perjanjian Minsk, dan akhirnya pengakuan Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.

Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement