Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sejarah Dibalik Kemegahan Balai Kota Malang yang Dibangun Pemerintah Kolonial

Avirista Midaada , Jurnalis-Jum'at, 01 April 2022 |13:01 WIB
Sejarah Dibalik Kemegahan Balai Kota Malang yang Dibangun Pemerintah Kolonial
Balai Kota Malang (foto: MNC Portal/Avirista)
A
A
A

MALANG - Balai Kota Malang menjadi salah satu kantor pusat pemerintahan sejak tahun 1929 saat diresmikan Belanda. Kantor yang letaknya berada di kawasan Bundaran Tugu Malang menyimpan sejumlah sisi lain yang mungkin tidak diketahui beberapa orang.

Desainnya yang menyerupai huruf M dari atas diklaim memiliki sudut simetris antar sisinya yang bisa dijadikan benteng pertahanan. Bangunannya pun kini masih asli sejak diresmikan pada 1929 oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

BACA JUGA:Misteri 3 Patung di Kawasan Balai Kota Malang yang Konon Bisa Bergerak Sendiri 

Pemerhati sejarah dan budaya Malang Agung H. Buana menuturkan, sang arsitek Thomas Karsten sengaja mendesain bangunan balai kota di bouwplan II yang dibangun sejak 1926 - 1929 juga sebagai benteng pertahanan. Bahkan ketinggian jendelanya di ruangan didesain sedemikian rupa agar menghindari serangan - serangan sekaligus bisa melancarkan serangan. Total bangunan ini memakan biaya 287.000 Gulden atau setara Rp 22 miliar bila dihitung dengan perbandingan mata uang rupiah dan Gulden saat ini

"Ketinggian kaca sama persis, selain difungsikan sebagai pusat pemerintahan juga sebagai benteng pertahanan. Bangunan ini dibangun juga sebagai benteng," kata Agung, saat dikonfirmasi MNC Portal, Jumat (1/4/2022).

BACA JUGA:Heboh Walkot Malang Minta Lurah dan Camat Instal Aplikasi MiChat, Alasannya Mengejutkan 

Bangunan aslinya hanya berupa bangunan di depan yang terdiri dari dua lantai. Dimana Belanda membangun balai kota dengan total 13 ruangan yang terdiri dari tujuh ruangan di lantai satu atau lantai bawah dan enam ruangan di lantai atas atau lantai dua. Di lantai satu atau lantai bawah saat ini beberapa ruangan besar disekat untuk difungsikan menjadi beberapa ruangan mulai ruang sekretaris pribadi (Sespri), ruang asisten, hingga ruang rapat.

"Seluruh konstruksinya masih asli termasuk bahan jendela dan gerendelnya. Untuk ruangannya dulu kan luas terus sekarang disekat - sekat beberapa ruangan," ungkapnya.

Dimana setiap bentuk konstruksi menurut Agung, memiliki ciri khas khusus. Salah satunya pada sisi pojok dinding bangunan yang tidak dibuat lancip, melainkan ada sisi tumpulnya. Dari sisi konstruksi lantai pun, ada penanda berbeda ketika ada sisi yang lebih tinggi.

"Lantainya traso dari awal hingga sekarang tidak ada perubahan. Yang jadi ciri khas di lantainya ada perbedaan warna yang menandakan ketika ada tingkatan yang berbeda. Misalnya kalau mau naik tangga sambungan ini dikasih warna gelap, berbeda dengan lantai yang datar ini warnanya putih," ucapnya.

Ciri khas lain bangunan Belanda yang masih dipertahankan adanya rongga di ruangan yang digunakan untuk menyimpan udara dingin. Apalagi zaman dahulu saat Balai Kota Malang dibangun, di belakangnya masih berupa tanah kosong yang langsung menghadap ke Sungai Brantas.

"Ruangannya dibuat seperti cekungan yang difungsikan untuk menyimpan udara. Jadi udara dingin itu tidak masuk ruangan tidak langsung keluar, tapi dialirkan mutar di dalamnya agar sejuk," bebernya.

Desain cekungan yang menyerupai kubah ini terdapat di lantai satu saat memasuki area balai kota dan kedua sisi bangunan di timur dan barat. Sayang satu cekungan di langit-langit atap saat memasuki balai kota sudah ditutup dengan plafon. Desain serupa juga ditemukan di sekitar tangga yang naik ke lantai dua.

"Fungsinya ini sama seperti yang tadi di lantai bawah untuk ngalirkan dan menyimpan udara dingin. Jadi udara dinginnya dari Sungai Brantas dulu tidak langsung keluar tapi bisa tersimpan masuk," tutur pria yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang.

Menariknya dikatakan Agung cerita - cerita unik pernah mewarnai selama proses renovasi balai kota, termasuk saat membuka plafon atap bangunan balai kota. Dimana ia yang turut serta merenovasi bersama tim cagar budaya menemukan beberapa benda-benda aneh di sejumlah ruangan, termasuk ruangan wali kota.

"Banyak menemukan benda-benda unik keris, tulang untuk apanya nggak tahu. Itu tersimpan ada yang diplafon di lantai atas di ruangan wali kota. Itu benda - benda peninggalan wali kota sejak dulu," jelasnya.

Ciri khas arsitektur Belanda yang kuat disertai dengan sejarah perjalanan panjang Balai Kota Malang menjadikan ditetapkan sebagai cagar budaya nasional pada 2018 lalu, yang dilindungi oleh Undang-undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Bangunan ini terdaftar sebagai cagar budaya nasional dengan nomor PO2018090300007.

Plakat prasasti masuknya bangunan Balai Kota Malang ke dalam cagar budaya nasional terdapat di halaman depan balai kota yang berbatasan dengan jalan protokol Bundaran Tugu. Di plakat tersebut tertuliskan Bangunan Balaikota Malang dirancang yang dibangun pada 1927 dan selesai pada September 1929 menghabiskan biaya 287.000 Gulden. Bangunan ini dibangun dengan motto Voor de Burgers van Malang (untuk warga Malang).

"Bangunan yang megah dan mewah ini saat agresi militer satu oleh gerilyawan rakyat kota (GRK) dibakar agar Belanda tidak bisa menguasai kembali Kota Malang. Saat itu terkenal dengan peristiwa Malang bumi hangus," terangnya.

Menariknya saat terbakar tak sepenuhnya hangus, rangka - rangka baja yang ada di atap bangunan lantai dua masih kokoh dan bahkan hingga kini tetap digunakan. Tak ayal dari awal dibangun hingga kini Kota Malang genap berusia 108 tahun pada 1 April 2022 konstruksi asli bangunan balai kota masih terlihat jelas dan tetap dipertahankan sebagai bangunan cagar budaya.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement