"Harus dipahami bahwa serangan semacam itu didahului oleh pengintaian menyeluruh terhadap target, setidaknya oleh drone, penembak di darat - itu terlalu mahal untuk rudal dan terlalu sulit dan berisiko untuk mengatur serangan seperti itu," ujar Penasihat Presiden Ukraina Oleksiy Arestovych.
"Mereka (pasukan Rusia) dapat dengan jelas melihat bahwa mereka menyerang warga sipil di pagi hari, bahwa ada ribuan orang yang mencoba mengungsi di stasiun pada waktu itu - keluarga, anak-anak, orang tua,” lanjutnya.
Menurut kepala Kereta Api Ukraina, tiga kereta yang membawa pengungsi diblokir di wilayah yang sama di Ukraina pada Kamis (7/4) setelah serangan udara di jalur tersebut.
Para pejabat Ukraina mengatakan pasukan Rusia telah berkumpul kembali untuk serangan baru, dan bahwa Moskow berencana untuk merebut sebanyak mungkin wilayah di bagian timur Ukraina yang dikenal sebagai Donbas yang berbatasan dengan Rusia.
Otoritas lokal di beberapa daerah telah mendesak warga sipil untuk pergi selagi masih memungkinkan, dan relatif aman, untuk melakukannya.
Sementara itu, kementerian pertahanan Rusia yang dikutip oleh kantor berita RIA mengatakan bahwa rudal yang dikatakan menghantam stasiun itu hanya digunakan oleh militer Ukraina dan angkatan bersenjata Rusia tidak memiliki target yang ditetapkan di Kramatorsk pada Jumat (8/4).
Diketahui, Rusia membantah menargetkan warga sipil dalam apa yang disebutnya "operasi militer khusus" yang ditujukan untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina. Posisi Kremlin ditolak oleh Ukraina dan Barat sebagai dalih untuk invasi tanpa alasan.
(Susi Susanti)