6. Nigeria
Kelompok teroris Boko Haram menjadi masalah bagi tentara anak di Nigeria, dengan setidaknya 1.092 kasus perekrutan anak. Jumlah itu telah menurun dalam beberapa tahun terakhir karena Boko Haram semakin kehilangan wilayah.
Pada 2018, lebih dari 900 anak dibebaskan dari Boko Haram, beberapa di antaranya berusia 7 tahun.
Nigeria menandatangani Rencana Aksi dengan PBB pada September 2017, dan sejak itu, lebih dari 8.700 anak telah direhabilitasi kembali ke komunitas mereka.
7. Somalia
Seperti di Nigeria, kelompok militan juga menjadi masalah serius terkait perekrutan tentara anak di Somalia. Kelompok teroris
Pada 2018, Al Shabaab dilaporkan telah merekrut 2.217 anak yang 70 persennya direkrut menjadi tentara seluruh negeri. Lebih dari 50 persen tentara Al Shabaab adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Dengan perang antar klan dan ancaman Al Shabaab di sekitar mereka, banyak anak “sukarela” untuk melindungi keluarga dan rumah mereka.
8. Sudan Selatan
Sudan Selatan menjadi negara ke-168 yang menandatangani perjanjian PBB untuk mengakhiri penggunaan tentara anak. Pada 27 September 2018, duta besar dari Sudan Selatan bertemu dengan pejabat PBB untuk menandatangani Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang keterlibatan anak-anak dalam konflik bersenjata (OPAC).
Dalam lima tahun terakhir, lebih dari 19.000 anak telah direkrut oleh kelompok bersenjata di Sudan Selatan, tetapi sekarang pemerintah sedang berupaya untuk mendemobilisasi semua tentara anak di seluruh negeri dan menawarkan dukungan untuk pemulihan mereka.