Ketika Utusan Kubilai Khan Minta Raja Singasari Menjadi Bawahannya
KEKHAWATIRAN Kertanegara terhadap serbuan Mongol yang telah menaklukkan dataran Rusia dan Cina, dan kini tengah mengganggu negeri-negeri tetangga Cina, menjadi salah satu dari tiga hal yang membuat Kertanegara khawatir.
Walaupun Jawa dan Cina dipisahkan oleh luasnya samudera, Raja Kertanegara sudah mengantisipasinya dengan berupaya membentuk sebuah konfederasi negeri-negeri Hindu-Buddhis terdekat untuk bersatu melawan musuh bersama ini. Tergerak oleh kegelisahan dan pikirannya yang tak pernah diam demi menjaga kesejahteraan rakyat, Kertanegara tak henti hentinya menyusun dan memperbaiki rencana-rencana kreatifnya untuk memecahkan tiga persoalan tersebut.
Meski begitu, Kerajaan Singasari tetap terancam akan diserang oleh Mongol, yang merupakan imperium terkuat di dunia. Bahkan Kaisar Mongol di Cina, Kublai Khan yang digdaya itu, mengirim utusan yang dengan kasarnya menuntut Kertanegara untuk mengakuinya sebagai tuan dan penguasa.
Mengetahui hal tersebut, tentu saja Kertanegara merasa keberatan. Ia mengatakan kepada utusan tersebut, bahwa ia akan senang meningkatkan hubungan dagang dengan temannya sesama penguasa Cina dan mengirim duta persahabatan ke ibu kota mereka, karena ia dan kerjaan yang dipimpinnya selalu menganggap Cina sebagai salah satu puncak peradaban tertinggi dan sudah berabad-abad mereka berdagang serta berhubungan secara damai dengan Cina.
Tetapi dengan kasarnya utusan tersebut menyuruh Kertanegara untuk tidak membawa-bawa dinasti-dinasti Cina terdahulu karena tidak ada kaitannya dengan Dinasti Yuan yang kini berkuasa. Selain itu, Kertanegara tak boleh bicara seolah-olah sejajar dengan Yang Mulia Khan, melainkan harus tunduk sebagai bawahannya, atau akan senasib dengan kerajaan-kerajaan pembangkang lain yang akhirnya ditaklukkan balatentara Mongol.
