"Pekerjaan saya termasuk merawat orang tua, membersihkan rumah dan mencuci piring," katanya.
"Saya tidak menghasilkan banyak uang. Saya tidak mampu membeli pakaian atau membayar potong rambut. Saya hanya harus fokus merawat anak-anak saya dan berharap saya punya cukup uang untuk kembali ke Everest,” laanjutnya.
Tapi dia mempertahankan gairah untuk mendaki. Dia naik dua kali sebagai pemandu, dan pada beberapa kesempatan teman dan keluarga membantu mendukung perjalanannya.
“Mendaki gunung tidak terlalu bermanfaat dibandingkan dengan risiko yang ada", katanya, tetapi dia yakin itu membantunya melarikan diri dari apa yang seharusnya menjadi kehidupan duniawi di desa.
Secara finansial, segalanya mulai berubah setelah dia belajar berbicara bahasa Inggris dengan baik. Dia memberikan wawancara, dan berbicara di acara-acara.
Dia mendapat sponsor untuk skala kesembilan dari puncak. Tapi kali ini, yang ke-10, dia mengumpulkan uang melalui crowdfunding.
Lhakpa selalu memulai perjalanannya dengan doa adat. Keselamatan adalah prioritas terbesarnya.
Lebih dari 300 orang tewas saat mencoba mendaki Gunung Everest, sehingga Lhakpa dan timnya harus melewati mayat yang diawetkan oleh es.