"Gunung menentukan cuaca," katanya.
"Saat cuaca buruk saya hanya akan menunggu. Kami tidak bisa bergulat di gunung,” tambahnya.
“Melewati 8.000 m, saya merasa seperti zombie," katanya.
"Kamu tidak bisa makan dan semuanya beku. Kamu harus mendaki di malam hari agar bisa turun dari puncak di siang hari. Menakutkan,” ujarnya.
Pendaki mendapatkan sedikit waktu di puncak. Untuk Lhakpa, hanya lima sampai 10 menit - waktu yang cukup untuk berfoto dan merenungkan semua orang yang mendukung pendakiannya.
Dia tidak memiliki rencana untuk pensiun setelah musim ini. Dia ingin mendaki K2, puncak tertinggi kedua di dunia. Dia juga berpikir untuk mendaki Everest di masa depan bersama putra dan putrinya, karena "mendaki gunung adalah hasrat saya dan inilah yang ingin saya lakukan."
"Saya memiliki kehidupan yang menantang," tambahnya.
"Gunung membuat saya bahagia dan santai. Saya tidak akan pernah menyerah. Saya ingin wanita muda tidak menyerah,” lanjutnya.
(Susi Susanti)