Namun, baru pada kedatangan Muhammad I pada abad ke-13 para insinyur mengatasi tantangan lokasi Alhambra di Bukit Sabika setinggi 840 meter.
Raja Muhammad I adalah raja pertama Dinasti Nasrid, yang memerintah dari tahun 1230 hingga penaklukan Katolik Spanyol pada tahun 1492. Pada pemerintahannya, Alhambra diubah menjadi kota seluas 26 hektare yang layak huni dengan akses ke air bersih yang mengalir.
Bangsa Moor sebelumnya telah menggunakan acequias sederhana, atau kanal-kanal kecil, di daerah sekitarnya selama berabad-abad, berdasarkan teknik irigasi yang mereka pelajari dari Persia dan Romawi.
Namun inovasi besar Nasrid adalah merancang saluran yang mengalirkan air sejauh enam kilometer dari sungai terdekat, dan kemudian naik ke kompleks halaman, taman, dan pemandian mereka yang rumit.
"Semuanya menunjukkan bahwa Nasrid adalah yang pertama membawa air ke bukit merah Sabika dan menjadikannya layak huni,” terang Diaz.
Inti dari inovasi mereka adalah Acequia Real, sebuah kanal sepanjang enam kilometer yang ditarik dari Sungai Darro. Azud, atau bendungan, dibangun untuk mengalihkan aliran sungai ke hulu. Kekuatan sungai mengangkutnya di sepanjang lereng bukit sebelum mendistribusikan air ke saluran yang lebih kecil.
Kincir air, atau na'ura, ditambahkan untuk menaikkan air ke tingkat yang berbeda. Air kemudian dipindahkan melalui struktur hidrolik kompleks yang terdiri dari kolam besar, tangki air dan banyak pipa dalam jaringan yang terjalin sempurna, sebelum diangkut ke taman Generalife dan ke istana Alhambra itu sendiri melalui saluran air.
Salah satu contoh paling cerdas dari saluran air Alhambra adalah di Palacio de los Leones. Di tengah halaman besar yang tenang, Air Mancur Sang Singa berdiri berkilauan dalam marmer putih, dikelilingi tiang-tiang yang diukir dengan hiasan.