Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

20 Wanita Rusia Klaim Ditelanjangi dan Dipaksa Jongkok di Depan Kamera Polisi saat Protes Perang Ukraina

Susi Susanti , Jurnalis-Selasa, 14 Juni 2022 |16:34 WIB
20 Wanita Rusia Klaim Ditelanjangi dan Dipaksa Jongkok di Depan Kamera Polisi saat Protes Perang Ukraina
20 wanita Rusia mengaku ditelanjangi dan disuruh jongkok di depan kamera polisi saat protes perang (Foto: Media sosial/east2west news)
A
A
A

RUSIA - Dua puluh wanita Rusia yang ditahan karena memprotes perang yang dipimpin Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina mengklaim mereka ditelanjangi dan dipaksa jongkok "di depan kamera polisi".

Pengacara mereka mengatakan para tersangka dilaporkan ditangkap dekat dengan rapat umum dan menjadi sasaran perlakuan memalukan dan merendahkan.

Petugas polisi wanita memerintahkan para pengunjuk rasa yang dicurigai, berusia 18 hingga 27 tahun, untuk telanjang tetapi dalam beberapa kasus pintu sel dibiarkan terbuka saat petugas pria lewat.

Kamera seluler yang dilengkapi dengan perekam video memata-matai dugaan pelecehan dalam semua kasus. Sedangkan para lelaki yang ditahan pada saat yang sama tidak dikenakan perintah telanjang dan jongkok.

Baca juga: Pelayan Ditelanjangi, Dipukuli hingga Diserang Secara Seksual Selama Berjam-jam dalam Serangan Horor

Olimpiada Usanova, yang akan ke pengadilan untuk menantang perlakuan terhadap perempuan mengaku sangat marah dengan kejadian itu.

Baca juga: Putin Semakin Terpukul, Ini 6 Jenderal Rusia yang Tewas di Perang Ukraina

“Saya marah bahwa masing-masing dari mereka digeledah dengan cara yang memalukan di pusat penahanan, melanggar undang-undang kami,” terangnya.

“Para perempuan digeledah dengan membuka baju dan jongkok lima kali di hadapan petugas pusat penahanan,” lanjutnya.

“Penggeledahan memalukan kedua dilakukan beberapa jam kemudian di sel dan para wanita dipaksa untuk mengangkat baju mereka, melepas celana dalam mereka, dan telanjang dada di area pengawasan kamera,” ujarnya.

“Saya khawatir petugas wanita tidak menutup pintu karena beberapa wanita diperiksa, dan petugas pria mengintai di sana,” tambahnya.

Dia mengklaim para petugas pria menyaksikan rekaman para wanita itu telanjang dan jongkok.

“Orang-orang yang ditahan hanya ditepuk di bagian depan dan belakang mereka, itu saja. Gadis-gadis itu dipaksa untuk telanjang dan berjongkok,” terangnya.

“Dan keesokan harinya, mereka dipaksa membuka pakaian lagi, membuka bra mereka. Ini terlepas dari kenyataan bahwa setiap sel memiliki CCTV. Ini pelanggaran berat,” lanjutnya.

Sementara itu, seorang pelajar bernama Ekaterina Deviatenko, 18, adalah salah satu tersangka korban yang setuju untuk menunjukkan identitas mereka di depan kasus pengadilan.

Dia mengatakan dirinya sedang mendengarkan seorang musisi dekat rapat umum ketika dia ditahan.

“Mereka menggeledah kami dengan sangat lambat, arogan dan dengan ejekan,” katanya.

“Seorang petugas polisi di beberapa sudut memerintahkan saya untuk menanggalkan pakaian. Itu tampak aneh bagi saya segera,” lanjutnya.

“Saya menanggalkan pakaian dalam saya terlebih dahulu tetapi petugas meminta untuk membuka pakaian lebih jauh. Saya menjawab bahwa saya sedang haid,” ungkapnya.

“Polisi wanita itu menjawab: 'Yah, saya seorang wanita, saya mengerti segalanya. Buka pakaian dan jongkok,” ujarnya.

"Saya harus melakukan lima squat,” tambahnya.

Rusia memiliki undang-undang yang melarang semua protes terhadap perang Putin di Ukraina.

Para wanita harus membayar denda hingga 215 poundsterling (Rp4 juta) karena menghadiri demonstrasi anti-perang yang dilarang. Pengacara sekarang menuntut sekitar 1.700 poundsterling (Rp30,5 juta) sebagai kompensasi untuk masing-masing wanita.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement