"Penyitaan ini masih sangat jarang, dan ini menyoroti nilai pelaporan cepat insiden pemerasan dunia maya, dan bekerja sama dengan penegak hukum," kata Jen Ellis, dari perusahaan keamanan dunia maya Rapid7.
"Mereka tidak akan dapat mengembalikan pembayaran dalam setiap kasus, tetapi semakin banyak informasi yang mereka miliki tentang taktik, teknik, dan prosedur kelompok peretas, semakin besar kemungkinan mereka untuk dapat mengganggu, menghalangi, dan menanggapi serangan, yang menguntungkan semua orang,” ungkapnya.
Juni lalu, AS mengembalikan sebagian besar uang tebusan senilai USD4,4 juta (Rp66 miliar) yang dibayarkan oleh Colonial Pipeline kepada geng penjahat dunia maya yang diduga berbasis di Rusia.
Pada November 2021, AS juga mendapatkan kembali USD6 juta (Rp90 miliar) dari geng ransomware lain bernama REvil, yang diduga terkait erat dengan Rusia.
(Susi Susanti)