Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kembalinya Umat Manusia ke Bulan, Tak Pandang Gender dan Warna Kulit

Susi Susanti , Jurnalis-Senin, 29 Agustus 2022 |18:28 WIB
Kembalinya Umat Manusia ke Bulan, Tak Pandang Gender dan Warna Kulit
Kembalinya umat manusia ke Bulan tak pandang gender dan warna kulit (Foto: NASA)
A
A
A

"Kita perlu menjaganya tetap adil dan memastikan kesetaraan dalam cara orang-orang diwakili sepanjang program," terang Kenneth Bowersox, Wakil Administrator untuk Direktorat Misi Operasi Luar Angkasa Nasa, mengakuinya saat konferensi pers 2021.

Profesor Logsdon mengatakan dorongan untuk keragaman lebih dari sekadar strategi humas. Kembalinya Nasa ke Bulan lebih ambisius daripada sekadar menempatkan manusia di permukaan bulan untuk pertama kalinya sejak Apollo 17 tahun 1972.

Program Artemis bertujuan untuk mengubah satelit alami kita menjadi pangkalan untuk misi manusia ke Mars pada 2030.

"Artemis punya tujuan untuk meletakkan dasar untuk eksplorasi ruang angkasa di masa depan. Ada banyak astronot perempuan dan minoritas yang sangat kompeten di luar sana dan kita butuh peran semua orang supaya tujuan ini dapat dicapai," katanya.

"Program Apollo adalah bidangnya pria kulit putih. Ini tidak boleh terjadi lagi, terutama ketika kita menggunakan uang public,” ujarnya.

Antara tahun 1960 dan 1973, AS menghabiskan USD25,8 miliar untuk Apollo.- atau hampir USD300 miliar hari ini, setelah disesuaikan dengan inflasi. Setiap Presiden AS membutuhkan alasan yang baik untuk mengalokasikan jumlah tersebut.

Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet memberikan alasan itu. Perang tersebut 'tumpah' ke luar angkasa pada tahun 1957, ketika Moskow meluncurkan Sputnik, satelit buatan pertama di dunia.

"Persaingan Perang Dingin adalah alasan AS memulai program Apollo dan mengapa ada urgensi untuk menghabiskan sejumlah besar uang untuk mencapai Bulan sesegera mungkin," jelas Profesor Logsdon.

Pada 1970-an, perang Vietnam menarik perhatian publik di samping memudarnya minat pada misi bulan. Ini digambarkan dalam film Apollo 13, ketika siaran langsung astronot dari luar angkasa - dibuat sebelum kecelakaan terkenal itu - tidak ditampilkan di jaringan TV besar mana pun.

"Sayangnya, setelah Apollo 11, penerbangan ke Bulan menjadi membosankan. Tidak ada yang ingin sinetron atau acara kuis mereka terganggu untuk menyaksikan sepasang astronot lain berjalan-jalan di permukaan bulan," tulis komentator luar angkasa AS Mark Whittington pada 2020.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement