Presiden Richard Nixon kemudian membatalkan program Apollo dan memerintahkan Nasa untuk mengembangkan Pesawat Ulang-alik. Selama beberapa dekade, prioritas Nasa bergeser dari eksplorasi manusia ke operasi di orbit Bumi rendah, seperti Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Itu juga berarti memensiunkan Saturn V yang perkasa, yang hingga saat ini adalah satu-satunya roket yang cukup kuat untuk membawa manusia sejauh perjalanan ke bulan - Nasa berharap Space Launch System (SLS) akan menjadi penggantinya.
Perubahan terjadi pada Desember 2017, ketika Presiden Donald Trump mengumumkan rencana untuk kembali ke Bulan.
"Kali ini, kita tidak hanya akan menanam bendera dan meninggalkan jejak kaki kita," kata Trump.
Artemis tidak akan murah - anggaran resminya mencapai USD93 miliar (lebih dari Rp1.300 triliun), tetapi para ilmuwan seperti astrofisikawan Inggris Dr Jennifer Millard percaya program tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar dari biayanya.
Meskipun misi Apollo memang melakukan beberapa eksperimen ilmiah penting, butuh waktu sampai Apollo 17 ketika ahli geologi AS Harrison Hagan Schmitt menjejakkan kakinya di Bulan.
"Ya, beberapa penelitian dilakukan dalam misi Apollo, tetapi kali ini akan jauh lebih luas, dengan proyek-proyek yang akan mencoba mengekstraksi air dan mineral dari Bulan, misalnya" katanya.
Dr Leslie Cobb, yang memimpin tim yang mengembangkan roket bulan baru, menjelaskannya lebih lanjut.
"Kita juga bisa belajar cara hidup dan bekerja di permukaan lain di luar Bumi. Kami baru saja menyentuh permukaan dalam hal penjelajahan dan pembelajaran tentang Bulan," katanya kepada saluran TV AS NBC.
Dewasa ini, proses seleksi astronot Nasa jauh lebih sederhana - dan secara teoritis lebih adil. Kriterianya hanyalah kandidat harus warga negara AS dan memiliki gelar master di bidang STEM - sains, teknologi, teknik, atau matematika.
"Seperti yang dikatakan orang, melihat adalah percaya, dan masalah representasi sangat penting," jelas Dr Millard.
"Misi Apollo menginspirasi banyak generasi untuk memasuki bidang astronomi dan eksplorasi ruang angkasa. Artemis sekarang dapat melakukannya untuk generasi mendatang," tambahnya.
Statistik terbaru dari PBB menunjukkan bahwa pada tahun 2017 hanya 35% siswa STEM adalah perempuan.