Bulan lalu, surat kabar tersebut, mengutip sumber, melaporkan bahwa FBI sedang mencari dokumen tentang senjata nuklir di rumah mantan presiden. Namun, pada saat itu, tidak jelas apakah materi tersebut terkait dengan AS atau negara lain.
Pekan lalu, Departemen Kehakiman AS mengungkapkan isi 33 kotak material dokumen yang disita oleh agen FBI dari rumah Trump. Inventaris yang diperluas menunjukkan bahwa penggerebekan, yang terjadi pada 8 Agustus, menghasilkan lebih dari 100 dokumen rahasia, yang bercampur dengan sejumlah material yang tidak sensitif.
Sementara jaksa mengisyaratkan bahwa Trump berpotensi berusaha menghalangi penyelidikan, menuduh bahwa dia atau pembantunya sengaja menyembunyikan dan menghapus dokumen rahasia, mantan presiden bersikeras timnya bekerja sama dengan pihak berwenang.
Trump sejak itu menyebut serangan itu sebagai “penganiayaan politik,” menambahkan bahwa “tidak ada yang seperti ini yang pernah terjadi pada presiden Amerika Serikat sebelumnya.”
(Rahman Asmardika)