Meskipun ia dibeli oleh pemerintah Transvaal dan diberikan kepada Keluarga Kerajaan Inggris sebagai tanda kesetiaan, pandangan yang umum di media sosial ialah pemilik sebenarnya berlian tersebut adalah rakyat Afrika Selatan.
Pengguna Twitter @Qban_Linx mengatakan berlian senilai USD400 juta (Rp5.938 triliun) - bagian terbesarnya dipasang di ujung tongkat kerajaan, yang dibawa oleh pemimpin kerajaan pada penobatan mereka - dapat menutupi biaya pendidikan tinggi untuk 75.000 siswa Afrika Selatan.
Terjadi protes serupa di India, tempat tagar "Kohinoor" dengan cepat menjadi tren menyusul wafatnya Ratu Elizabeth. Tagar tersebut merujuk ke berlian besar di mahkota kerajaan yang dilaporkan akan dikenakan oleh Permaisuri yang baru.
Pengkritik lain mengatakan bahwa sang Ratu seharusnya menggunakan kekuasaan dan pengaruhnya untuk memastikan bahwa jenazah-jenazah manusia dari mereka yang berperang melawan pemerintahan kolonial Inggris dikembalikan.
Warga Kenya dan Afrika Selatan menuntut kepala pahlawan seperti Koitalel Samoei, yang memimpin perlawanan Nandi di wilayah yang sekarang menjadi Kenya pada akhir Abad ke-19, dan Raja Hinstsa kaKhawula dari kerajaan Xhosa Afrika Selatan, yang tewas pada 1835.
Setelah tubuh mereka dimutilasi, kepala mereka dibawa ke Inggris sebagai trofi.
Pembunuhan brutal orang Kenya selama pemberontakan Mau Mau juga dikenang.
Gitu Wa Kahengeri, yang bergabung dengan pemberontakan saat berusia 17 tahun 81 tahun yang lalu, ingat ketika ia ditahan di sebuah kamp oleh pasukan Inggris, dipukuli dan tidak diberi makan.
"Mereka menduduki tanah saya, hak kelahiran saya," katanya kepada kantor berita Reuters.