Masa penggemblengan Tokubetsu Keisatsutai pun berakhir. Namun, para Anggota Tokubetsi Keisatsutai bahu membahu mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia bersama dengan rakyat.
Seluruh satuan semimiliter dan militer di Indonesia dibubarkan. Tokubetsu Keisatsutai menjadi satu-satunya kesatuan yang masih boleh memegang senjata.
Hal ini yang menempatkan anggota Tokubetsu Keisatsutai menjadi pioner dalam perebutan senjata untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada 21 Agustus 1945, Inspektur Polisi I, Mohammad Jasin membacakan teks Proklamasi dari Pasukan Polisi Istimewa yang berbunyi,“Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perjoeangan mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini menjatakan Poelisi sebagai Poelisi Repoeblik Indonesia“.
Polisi Istimewa kemudian menyebarluaskan teks Proklamasi tersebut dengan cara ditempelkan di tempat-tempat yang ramai dan dapat dibaca orang. Selain menempelkan teks Proklamasi Kepolisian, mereka juga menempelkan teks Proklamasi Kemerdekan Republik Indonesia.
Pimpinan Polisi Istimewa dari Jepang yaitu Sidookan Takata dan Fuko Sidookan Nishimoto digantikan oleh Inspektur Polisi Tingkat I Mohammad Jasin. Pasukan Polisi Istimewa turut serta berjuang dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Di bawah pimpinan Inspektur Polisi I Mochammad Jasin.