“Kasus ini menunjukkan bagaimana gadis-gadis muda masih berisiko besar mengalami kekerasan seksual,” kata Jayna Kothari, seorang advokat senior di Mahkamah Agung India.
“Faktanya, kasus-kasus ini menjadi lebih kejam karena tidak ada pertanggungjawaban bagi para pelakunya. Orang-orang melanjutkan tindakan seperti itu dengan impunitas karena tidak ada rasa takut,” lanjutnya.
Menurut Kothari, gagasan tentang seorang korban menikahi tersangka pemerkosanya tidak pernah terdengar di India, di mana serangan seksual dan kehamilan di luar nikah dipandang dengan rasa malu dan stigma yang mendalam.
“Sulit untuk mengubah sikap regresif ini,” katanya.
“Perempuan dipandang sebagai beban. Dia akan menghadapi kekerasan dan keluarganya akan menghadapi kekerasan, jadi keluarga ingin menikahkannya,” lanjutnya.
Tetapi ketika gadis itu pergi ke rumah tersangka pemerkosa dengan dalih menikah pada 6 Oktober, dia dan ibunya diduga menuangkan minyak tanah padanya dan membakarnya.
Motif dugaan serangan itu masih belum jelas. Polisi mengatakan mereka sedang menyelidiki.
“Ketika perempuan pergi ke pihak berwenang, mereka dapat menghadapi lebih banyak bahaya,” terangnya.