Menurut Anies, yang diperlukan omelet unik itu adalah kreativitas, sabar, mau mendengar, jangan suka berkelahi, apalagi suka meremehkan orang lain. Dengan ketekunannya ia punya rahasia dan dalam lima tahun ia telah membuktikan omelet enak, tanpa pecah kulit telur ayam versi Jakarta.
Kehebatan sekaligus kelemahan Moses terkuak ketika Robert Caro, seorang wartawan investigatif harian Newsday, terakhir, editor the New York Times, menulis sisi lain Moses. Bukunya , the Power Brooker (Knopf 1974) yang tebalnya 1336 halaman memang luar biasa. Buku itu menguraikan banyak hal, terutama tentang politik ekonomi pembangunan kota dan negara bagian New York. The Power Brooker oleh banyak kalangan ditempatkan sebagai salah satu biografi terbaik abad ke-20 dan dianugerahi Pullitzer Prize tahun 1974. Amazon bahkan mencatat buku ini telah dikunyah oleh sekitar 2 juta pembaca,
Moses adalah tipikal individu ambisius, pragmatis, cerdik, licik, dan berani. Ia menggunakan berbagai cara untuk mewujudkan impiannya. menggunakan transaksi “pintu” belakang dengan pemangku kepentingan, terutama politisi. Hampir seluruh pembangunannya menggusur kelompok miskin kota New York. Disamping itu, walaupun Caro tidak menggunakan kata “top down” secara eksplisit, namun seluruh dekripsi pembangunan New York dibawah otoritas Moses adalah contoh nyata pendekatan atas bawah itu.
Anies bukan Moses, dan Jakarta bukan New York , apalagi New York tahun limapuluhan. Sekalipun kedua kota itu kurang relevan untuk diperbadingkan, namun salah satu esensi mengurus pembangunan perkotaan, apalagi untuk New York dan Jakarta, tetap saja sama. Kesamaan itu adalah mengurus “kontestasi” penguasaan ruang yang tak pernah berhenti dan selesai, yang salah satu muaranya berujung pada keadilan spasial.
Ketika ia berjanji, meyakini, dan berkomitmen untuk lebih memberi fokus kepada pembangunan yang berkeadilan sosial di Jakarta, ia tahu benar tentang kunci penentu kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya, yakni keadilan spasial. Ini adalah terminologi yang cukup padat isinya, terutama tentang distribusi beban dan manfaat yang adil dari berbagai aktor yang terlibat dalam interaksi sosial ruang kota.