WALES - Para ilmuwan memperingatkan bahwa sejumlah besar bakteri dapat merebak ke lingkungan akibat banyaknya gletser di dunia yang meleleh akibat perubahan iklim.
Para ilmuwan mengatakan patogen yang berbahaya bisa jadi ada di antara ribuan mikroba yang lepas ke sungai dan danau.
Sekelompok peneliti di Universitas Aberystwyth, Wales mengatakan penelitian mereka menekankan perlunya tindakan cepat untuk mengerem pemanasan global.
Mereka mempelajari air lelehan dari delapan gletser di berbagai daerah di Eropa dan Amerika Utara serta dua situs di Greenland.
Baca juga: 17 Gletser di Situs Warisan Dunia Akan Lenyap pada 2050, Termasuk di Taman Nasional Lorentz Papua
Gletser adalah bongkahan es raksasa yang terbentuk selama ratusan atau ribuan tahun. Seiring Bumi memanas, mereka mencair dengan kecepatan yang mengkhawatirkan — menyebabkan permukaan laut naik.
Baca juga: KTT COP27, Aktivis Lingkungan Tuntut Keadilan Negara Miskin Dapat Ganti Rugi Akibat Perubahan Iklim
Tim di Universitas Aberystwyth memperkirakan situasi tersebut dapat mengakibatkan lebih dari 100.000 ton mikroba, termasuk bakteri, terlepas ke lingkungan selama 80 tahun mendatang. Jumlah tersebut sebanding dengan semua sel di setiap tubuh manusia di bumi.
Ahli mikrobiologi, Dr Arwyn Edwards, mengatakan penelitian tersebut untuk pertama kalinya menunjukkan dengan jelas "skala besar" mikroorganisme yang hidup di permukaan atau terkunci di dalam gletser Bumi.
Follow Berita Okezone di Google News
"Jumlah mikroba yang dilepaskan sangat tergantung pada seberapa cepat gletser mencair, dan oleh karena itu seberapa cepat kita terus menghangatkan planet ini," katanya, dikutip BBC.
Perhitungan tim didasarkan pada skenario pemanasan "sedang", seperti yang dikembangkan oleh IPCC, panel ahli iklim internasional.
Ini akan membuat suhu global naik rata-rata antara 2C dan 3C pada tahun 2100.
Dr. Edwards menjelaskan, ketika aliran mikroba ke sungai, danau, fjord, dan laut meningkat, bisa ada dampak "signifikan" bagi kualitas air.
Tapi dalam beberapa dekade kemudian ‘keran mikroba’ itu akan mati, karena gletser akan menghilang sepenuhnya.
"Secara global ada 200.000 resapan yang menerima air dari lelehan glasial dan beberapa di antaranya adalah lingkungan yang sangat sensitif, yang kurang berkembang dalam hal karbon organik dan nutrisi,” terangnya.
"Di tempat lain ada banyak kegiatan ekonomi dan miliaran manusia yang mata pencahariannya bergantung pada air yang pada akhirnya berasal dari gletser itu,” lanjutnya.
"Kita menganggap gletser sebagai cadangan air beku tetapi pelajaran utama dari penelitian ini adalah bahwa mereka juga merupakan ekosistem tersendiri,” ungkapnya.
Ribuan mikroorganisme yang berbeda ditemukan hidup di permukaan gletser, atau tersimpan di dalamnya, beberapa di antaranya yang mungkin berbahaya bagi manusia.
"Risikonya mungkin sangat kecil, tetapi ini membutuhkan asesmen yang cermat,” ujarnya.
Ahli glasiologi Dr Tristram Irvine-Fynn mengatakan dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
“Selama beberapa dekade mendatang, ramalan 'peak water' (berkurangnya ketersediaan air) dari gletser gunung-gunung di Bumi berarti kita perlu meningkatkan pemahaman kita tentang keadaan dan nasib ekosistem ini,” terangnya.
"Dengan pemahaman yang lebih baik tentang gambaran itu, kita dapat memprediksi efek perubahan iklim dengan lebih baik pada permukaan glasial dan biogeokimia daerah resapan air,” lanjutnya.
Temuan akademisi Aberystwyth diterbitkan dalam jurnal Nature Communications Earth & Environment pada bulan November ini.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.