Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pesantren Tebuireng: Intoleransi Agama Menguat Akibat Tumbuhnya Eksklusivisme di Masyarakat

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis-Rabu, 23 November 2022 |15:24 WIB
Pesantren Tebuireng: Intoleransi Agama Menguat Akibat Tumbuhnya Eksklusivisme di Masyarakat
Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng Gus Lim (Foto: tangkapan layar)
A
A
A

Senior Fellow Institut Leimena, Prof. Alwi Shihab, mengatakan umat beragama harus memiliki kompetensi untuk mencegah fanatisme buta dan kekerasan dalam menyikapi perbedaan pandangan. Salah satunya, kompetensi pribadi yaitu memahami ajaran agama sendiri dengan merujuk sumber utama, yaitu Al-Quran bagi umat Muslim.

Alwi mengingatkan umat Islam harus berhati-hati dengan pandangan ulama terutama yang mengajarkan intoleransi terhadap umat beragama lain. Sebab, Al-Quran dan keteladanan Nabi Muhammad SAW sendiri menunjukkan sikap toleransi yang tinggi.

“Ada kelompok yang tidak memperkenankan gereja dibangun di Cilegon atau tidak mau menerima pembangunan masjid Muhammadiyah di Aceh, itu semua sama sekali tidak Islami,” ujarnya.

Alwi juga mencontohkan seorang ustad yang menyitir hadits Nabi bahwa mereka yang memakai celana atau jubah di bawah tumit akan masuk neraka, sehingga mendorong orang-orang memakai ‘celana cingkrang’. Menurutnya, ucapan itu sangat berbahaya karena tidak disampaikan sesuai konteks bahwa hadits itu dimaksudkan untuk mereka yang berpakaian dibarengi arogansi atau kesombongan, serta menunjukkan kemewahan.

Wakil Presiden Asosiasi Lintas Agama G20, Dr. Katherine Marshall, mengatakan Indonesia yang saat ini mendapat sorotan dunia karena posisinya sebagai presiden G20, diharapkan bisa menunjukkan pentingnya suara pemimpin agama dalam agenda global. “Dalam sejarah wabah atau pandemi terjadi peningkatan konflik, termasuk perang, kekerasan, polarisasi dalam masyarakat. Ini menempatkan beban besar bagi masyarakat keagamaan dan kualitas moderasi agama agar bukan menjadi moderasi yang tanggung,” tandasnya.

Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan Deklarasi Toleransi yang ditandatangani para tokoh termasuk Kepala BNPT di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur pada 22 Oktober 2022 sejalan dengan program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang dikerjakan oleh Institut Leimena dan berbagai mitra. “Tantangan yang dihadapi masyarakat majemuk, seperti Indonesia, tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga banyak dari luar negeri, dalam bentuk pengajaran-pengajaran dan ideologi-ideologi yang dapat merusak kerukunan antar umat beragama.

(Fakhrizal Fakhri )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement