Presiden Filipina Bongbong Marcos pun tak tinggal diam dan telah mendeklarasikan "perang habis-habisan" terhadap pelecehan seksual anak dan industri yang telah dipacunya. Namun sejauh ini, ini adalah perang yang tidak dimenangkan Filipina.
Sementara itu, di Manila, saat jam terus berdetak menjelang fajar, sebuah tim dari Biro Investigasi Nasional telah berkumpul di dekat kuburan.
Lampu senter dipadamkan, senjata diisi, kamera siap merekam bukti saat pemimpin tim memberikan pengarahan terakhir. Mereka berada di bawah tekanan untuk mendapatkan hasil.
Di antara batu nisan di kota berpenduduk padat ini, sebuah keluarga hidup di antara orang meninggal. Seorang ibu berusia 36 tahun menggunakan smartphone-nya di gubuk kayu kecil yang dibangun di atas beberapa monumen terbesar di kuburan.
Dia pikir dia sedang mengirim pesan kepada pelanggan yang membayar di Australia yang meminta pertunjukan seks langsung yang melibatkan ketiga anaknya. Sebenarnya, SMS-nya dikirim ke petugas polisi yang menyamar.
Saat dia menyalakan kamera, sekitar selusin petugas bergegas melewati jalan sempit menuju pintunya. Satu-satunya peringatan adalah saat anjing liar mulai menggonggong.