JENEWA - Seorang ahli independen yang ditunjuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Iran menyuarakan keprihatinan pada Selasa (29/11/2022) bahwa represi terhadap pengunjuk rasa dalam protes nasional Iran semakin meningkat, dengan pihak berwenang meluncurkan "kampanye" untuk menjatuhkan hukuman mati kepada mereka.
PBB mengatakan lebih dari 300 orang meninggal dan 14.000 ditangkap dalam protes yang dimulai setelah kematian wanita Kurdi berusia 22 tahun, Mahsa Amini dalam tahanan pada 16 September lalu.
Baca juga:Â Ketika Kapten Timnas Iran Cerita Tentang Kondisi Negaranya di Piala Dunia 2022, Klaim Rakyat Tidak BahagiaÂ
"Saya khawatir rezim Iran akan bereaksi keras terhadap resolusi Dewan Hak Asasi Manusia dan ini dapat memicu lebih banyak kekerasan dan represi di pihak mereka," kata Javaid Rehman kepada Reuters, merujuk pada pemungutan suara Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk melakukan penyelidikan atas kasus tersebut. Namun Teheran telah menolak penyelidikan tersebut dan mengatakan tidak akan bekerja sama.
 Baca juga: 300 Orang Meninggal dalam Protes Nasional, PBB Sebut Situasi di Iran Kritis
"Sekarang (otoritas) telah memulai kampanye hukuman mati (para pengunjuk rasa)," tambahnya, mengatakan dia mengharapkan lebih banyak hukuman.
Rehman mengatakan 21 orang telah ditangkap dalam konteks protes menghadapi hukuman mati, termasuk seorang wanita yang didakwa atas tindak pidana yang tidak jelas, dan enam orang telah dijatuhi hukuman bulan ini.
Baca Juga: BuddyKu Festival, Generasi Muda Wajib Hadir
Follow Berita Okezone di Google News