QATAR - Catatan hak asasi manusia (HAM) di Qatar menjadi sorotan di tengah berlangsungnya Piala Dunia 2022. Perlakuan Qatar terhadap pekerja migran yang membangun stadion-stadion dan hotel-hotel telah banyak ditulis, tapi bagaimana dengan para asisten atau pekerja rumah tangga (PRT) asing yang bekerja untuk para penguasa Qatar?
Koresponden gender dan identitas BBC Megha Mohan berbicara dengan dua PRT soal jam kerja mereka yang panjang tanpa hari libur.
BBC menghubungi Gladys, bukan nama sebenarnya, pada larut malam setelah majikannya yang merupakan kaum elite Qatar beranjak tidur.
Baca juga: Dianggap sebagai Keluarga, ART Ini Digaji Rp60 Juta Per Bulan
Lewat percakapan online singkat, Gladys bercerita bahwa dia bekerja dari pukul 08.00 sampai 23.00 setiap hari.
Baca juga: Viral Momen Haru Pertemuan Anak Majikan dan ART Usai Berpisah 14 Tahun
Dia membersihkan rumah, membantu menyiapkan makanan, dan merawat anak-anak majikannya.
Gladys makan apa yang tersisa dari makanan keluarga. Dia tidak pernah libur sejak mulai bekerja sekitar 1,5 tahun lalu.
"Nyonya itu gila," kata Gladys, seorang perempuan Filipina berusia 40-an, merujuk majikannya.
"Dia meneriaki saya setiap hari,” lanjutnya.
Sebelum Qatar memenangkan kompetisi untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, para pekerja asing tidak boleh pindah kerja atau meninggalkan negara itu tanpa izin dari majikan mereka.