Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah ART di Qatar yang Bekerja di Keluarga Kerajaan dan Orang Kaya, Diberi Banyak Kemewahan hingga Tak Bisa Libur

Susi Susanti , Jurnalis-Rabu, 07 Desember 2022 |13:45 WIB
Kisah ART di Qatar yang Bekerja di Keluarga Kerajaan dan Orang Kaya, Diberi Banyak Kemewahan hingga Tak Bisa Libur
Ilustrasi asisten rumah tangga atau ART (Foto: BBC)
A
A
A

Joanna Concepcion dari Migrante Internasional, yang merupakan organisasi akar rumput yang mendukung pekerja migran Filipina, mengatakan bahwa banyak PRT yang diam soal kondisi kerja mereka yang buruk karena memprioritaskan nafkah untuk keluarga mereka.

Namun ketika para pekerja di Qatar merasa cukup percaya diri untuk berbicara secara bebas, mereka kerap menyinggung soal pelecehan yang serius.

Serang perempuan mengaku bahwa majikannya mendorong kepalanya ke dalam toilet dan tidak memberi makan serta minum saat sedang marah.

Sementara itu, Mary Grace Morales, seorang perekrut tenaga kerja di Manila yang menghubungkan para pekerja Filipina dengan para VIP di Qatar mengatakan bahwa bekerja di istana adalah pekerjaan yang "membuat iri".

"Ada banyak tunjangan. Keluarga kerajaan murah hati," katanya.

Dengan kesulitan hidup yang dihadapi para PRT di tanah air mereka, Morales mengatakan jika para gadis menjadi lebih gemuk saat berada di istana. “Keluarga kerajaan memberi mereka makan dengan baik,” ujarnya.

Tetapi para bangsawan memiliki sejumlah persyaratan yang sangat spesifik.

"Gadis-gadis yang dikirim bekerja untuk keluarga kerajaan Qatar berusia antara 24 hingga 35 tahun dan sangat cantik," ungkapnya.

Dia berhenti sejenak untuk melihat ke layar, menatap saya yang berada di kantor pusat BBC di London.

"Lebih cantik darimu," katanya sambil tersenyum.

Setelah itu, dia mengirim pesan via WhatsApp untuk meminta maaf karena anak-anaknya mendengar itu dan mengatakan bahwa dia tidak sopan.

"Mereka harus muda karena keluarga kerajaan Qatar membutuhkan individu yang sangat energik dan sehat untuk menangani aktivitas istana yang sibuk,” ujarnya.

"Dan pelamar harus cantik, sangat cantik," ulangnya.

Joanna Concepcion dari Migrante International berharap apa yang disampaikan Althea soal kondisi bekerja sebagai pembantu kerajaan itu benar.

“Sepertinya kita tidak bisa mengetahuinya dengan pasti selama dia masih di Qatar dan bekerja untuk keluarga yang berpengaruh kuat,” terangnya.

Sejumlah staf kerajaan telah mengeluh begitu meninggalkan negara itu. Pada 2019, tiga pekerja asal Inggris dan AS --yang bekerja sebagai pengawal, pelatih pribadi, serta guru privat-- menggugat saudara perempuan emir, Sheikha al Mayassa binti Hamad bin Khalfa Al Thani dan suaminya dengan tuduhan bahwa mereka dipaksa bekerja berjam-jam tanpa lembur.

Keluarga kerajaan membantah tuduhan tersebut dan mengklaim kekebalan diplomatik mereka ketika gugatan itu dilayangkan di New York.

"Melaporkan kasus kekerasan serta pelecehan, kurangnya keselamatan dan kesehatan kerja, dan kurangnya akomodasi yang layak adalah upaya yang menantang," kata Direktur regional Organisasi Buruh Internasional (ILO) untuk negara-negara Arab, Ruba Jaradat.

ILO mengatakan sedang bekerja sama dengan Qatar untuk menerapkan aturan baru yang menjamin upah minimum, hari libur setiap minggu, cuti sakit dan upah lembur, meskipun upaya ini tetap menjadi "tantangan".

BBC meminta keluarga kerajaan Qatar dan kedutaan besar Qatar di London untuk berkomentar, tetapi tidak mendapat jawaban.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement